“FAKTOR –
FAKTOR PEMBATAS SUHU, KELEMBAPAN AIR, API, TANAH, MIKROORGANISME DLL”
oleh: Lazarus
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
belakang
Lingkungan
merupakan bagian yang kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi
satu sama lainnya. Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara
biotik itu sendiri dan antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara
operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi secara keseluruhan. Meskipun demikian untuk memahami
struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita dapat bagi
faktor lingkungan ini ke dalam komponen – komponennya. Berbagai cara di lakukan
oleh pakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya
adalah:
·
Faktor Iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya,
suhu,, ketersediaan air dan angin.
·
Faktor tanah, merupakan karakteristika dari tanah seperti
nutrisi tanah, reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
·
Faktor topografi, yaitu meliputi pengaruh dari terrain
seperti sudut kemiringan, aspek kemiringan dan kketinggian tempat dari muka
laut.
·
Faktor biotik, merupakan gambaran semua interaksi dari
organisme hidup seperti kompetisi, peneduhan dan lain – lain.
Cara
lain untuk menggambarkan pembagian komponen lingkungan ini seperti yang
diungkapkan oleh Billinga (1965), ia membaginya dalam dua komponen utama yaitu
komponen fisik atau abiotik dengan komponen hidup atau biotik, yang masing –
masing komponen dijabarkan dalam berbagai faktio – faktornya. Untuk memahami pembagian
dari Billinga ini kita lihat tabel di bawah ini:
Faktor
fisik/abiotik
|
Faktor
hidup/biotik
|
Energi
Radiasi
Suhu dan
aliran
Panas
Air
Atmosfera
dan angin
Api
Gravitasi
Topografi
Geologi
Tanah
|
Tumbuhan
hijau
Tumbuhan
tidak hijau
Pengurai
Parasit
Symbion
Hewan
Manusia
|
BAB II
Pembahasan
2.1
Fotosintesis dan cahaya
Fotosintesis atau fotosintesa
merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari
dan enzim-enzim. Fotosintesis adalah suatu proses
biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri
untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya.
fotosintesis adalah fungsi utama dari daun. Proses fotosintesis sangat penting bagi kehidupan di bumi karena hampir semua makhluk hidup tergantung pada proses ini. Proses Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
fotosintesis adalah fungsi utama dari daun. Proses fotosintesis sangat penting bagi kehidupan di bumi karena hampir semua makhluk hidup tergantung pada proses ini. Proses Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Tumbuhan hijau daun bersifat autotrof. Autotrof artinya
dapat memasak atau mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan
oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini
berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan
glukosa berikut ini:
6H2O
+ 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa)
+ 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk
membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan
sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi
pada respirasi
seluler
adalah kebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain
akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai
pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna
hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel
yang disebut kloroplast. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan
dalam fotosintesis. Sebagian besar energi fotosintesis dihasilkan di daun tetapi juga dapat terjadi pada
organ tumbuhan yang berwarna hijau. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju
mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula
dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar
matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Faktor yang
menentukan kecepatan fotosintesis
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
- Cahaya
Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju fotosintesis adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas adalah banyaknya cahaya matahari yang diterima sedangkan kualitas adalah panjang gelombang cahaya yang efektif untuk terjadinya fotosintesis. - Konsentrasi karbondioksida
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. - Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. - Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. - Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. - Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan
yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Struktur dan
fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang
sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula
menjadi faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek
penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan
sistem ekologi, yaitu:
a) Kualitas cahaya atau komposisi
panjang gelombang,
b) Intensitas cahaya atau kandungan
energi dari cahaya,
c) Lama penyinaran, seperti panjang
hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
Variasi dari ketiga parameter tadi
akan menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi dari tumbuhan. Memang
pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan
faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pengaruh yang khusus
sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya.
Intensitas cahaya atau kandungan
energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena
berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini
sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis
lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang
besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam
ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah
terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus
lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya
yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
Umumnya tumbuhan beradaptasi untuk
mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39 sampai 7,60 mikron.
Utraviolet dan infrared tidak dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Klorofil
yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang
gelombang itulah merupakan bagian dari spektrum cahaya yang sangat bermanfaat
bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi
yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali apabila kanopi vegetasi
meneyrap sejumlah cahaya maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh berbeda
dengan cahaya yang sampai di kanopi, akan terjadi pengurangan cahaya merah dan
biru. Dengan demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan kanopi harus
teradaptasi dengan kondisi cahaya yang rendah energinya. Dalam ekosistem
perairan cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan,
sehingga cahaya hijau akan dilalukan atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah
dan sulit untuk diserap oleh fitoplankton. Ganggang merah dengan pigmen
tambahan phycoerythrin atau pigmen merah coklat mampu mengabsorpsi cahaya hijau
ini untuk fotosintesisnya, dengan demikian ganggang merah ini mampu hidup pada
kedalaman laut.
2.2 Hubungan Air dan Keseimbangan Energi
Air
dan energi surya tidak terbagi secara merata di seluruh dunia, mekanisme yang
bagikan (siklus hidrologi global dan energi). Energi matahari mendorong siklus
hidrologi melalui transfer vertikal air dari bumi ke atmosfer melalui
evapotranspirasi, jumlah penguapan dari permukaan dan transpirasi.
Evapotranspirasi menyumbang 75% dari transfer energi turbulen dari Bumi ke
atmosfer dan oleh karena itu proses kunci dalam anggaran energi Bumi. Siklus hidrologi
juga mengontrol siklus biogeokimia bumi dengan mempengaruhi semua proses
biotik, melarutkan nutrisi, dan memindahkan mereka dalam dan di antara nutrisi
ekosistem.
Manusia
saat ini menggunakan setengah dari tersedia air tawar bumi, yaitu sekitar setengah
dari limpasan rata-rata tahunan di daerah diakses orang. Penggunaan air
diproyeksikan akan meningkat menjadi 70% pada tahun 2050. Lahan perubahan
pemanfaatan telah mengubah air darat dan anggaran energi cukup untuk mengubah
iklim regional dan global. Akhirnya, aktivitas manusia mengubah kapasitas
atmosfer untuk menahan air vapor. Gas rumah kaca terhadap radiasi matahari,
tetapi menyerap radiasi gelombang panjang dari bumi dan dengan demikian
memberikan selimut termal insulative. Iklim pemanasan yang disebabkan oleh
emisi gas rumah kaca lainnya akan meningkatkan jumlah uap air di atmosfer dan
oleh karena itu efisiensi dengan mana suasana perangkap radiasi gelombang
panjang. Pemanasan mempercepat siklus hidrologi, meningkatkan penguapan dan
curah hujan pada skala global. Pemanasan juga menyebabkan permukaan laut naik,
terutama disebabkan oleh ekspansi termal dari laut dan sekunder untuk
pencairan.
Tekanan
uap merupakan tekanan parsial yang diberikan oleh molekul air di udara.
Kekuatan pendorong untuk penguapan
adalah perbedaan tekanan uap antara udara berdekatan dengan permukaan menguap
dan dari udara dengan yang campuran. Udara yang berbatasan langsung ke
permukaan menguap adalah sekitar jenuh pada suhu permukaan. Tekanan uap defisit
(VPD) adalah perbedaan antara tekanan uap aktual dan tekanan uap udara pada
suhu dan tekanan yang sama yang jenuh dengan uap air. Istilah ini secara
longgar digunakan untuk menggambarkan perbedaan tekanan uap antara udara
berdekatan dengan permukaan menguap dan suasana massal, meskipun massa udara
pada temperatur yang berbeda. gletser dan selubung es. Sebuah kenaikan
permukaan laut membahayakan zona pesisir, di mana sebagian besar kota-kota
besar di dunia. Mengingat peran kunci dari air dan energi dalam ekosistem dan
proses global, sangat penting bahwa kita memahami kontrol atas air dan
pertukaran energi dan sejauh mana mereka telah dimodifikasi oleh tindakan
manusia.
2.3 Tanah dan
Mineral/Nutisi dan Interaksi Epiflora dan Fauna Tanah
A.Tanah
Tanah
adalah suatu bentang alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan
hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari
organisme tanah serta hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Bagi
ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam
tumbuhan. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam
produktivitas bumi. Tanah sebagai media pertumbuhan memberikan pengaruh bagi
kelangsungan hidup, baik bagi tumbuhan maupun hewan, terutama untuk hewan-hewan
yang hidup di dalam atau permukaan tanah.
Tanah
merupakan sumber daya alam yang berfungsi penting dalam kelangsungan hidup
makhluk hidup. Fungsi tanah bukan hanya sebagai tempat berjangkarnya tanaman,
penyedia sumber daya dan tempat berpijak tetapi juga fungsinya sebagai suatu
bagian dari ekosistem. Selain itu, tanah juga merupakan suatu ekosistem
tersendiri, sebab tanah juga merupakan suatu benda yang hidup. Penurunan fungsi
tanah dapat mengganggu ekosistem di sekitarnya termasuk manusia. Semua makhluk
hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap
individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari
populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi
antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat
B. Fauna tanah
Fauna
tanah adalah hewan-hewan yang hidup di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Fauna tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, habitat, serta
keberadaan dan aktivitas ekologinya.
Berdasarkan
ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan menjadi empat kelompok yaitu:
Ø Mikrofauna
dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm contoh cilliata
Ø Mesofauna
dengan diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan
acarina,
Ø Makrofauna
dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan rayap,
Ø Megafauna
dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh bekicot.
Beberapa ahli menggabungkan megafauna dan
makrofauna menjadi satu kelompok sehingga hanya terdapat tiga kelompok fauna
berdasarkan ukuran tubuhnya.
Fauna
tanah berdasarkan peranannya menjadi tiga kelompok, yaitu
Ø Epigeik:
Kelompok epigeik yaitu kelompok spesies yang hidup dan makan serasah di
permukaan tanah, kelompok ini meliputi berbagai jenis fauna saprofagus
dan berbagai jenis predatornya
Ø Anesik:
Kelompok anesik memindahkan bahan organik tanaman dari permukaan tanah karena
aktivitas makan, kelompok ini meliputi anggota filum Annelida dan sebagian
anggota filum Arthropoda.
Ø Endogeik:
Fauna endogeik merupakan fauna yang yang hidup dan makan bahan organik di
dalam tanah. Sebagian besar dari fauna endogeik terdiri atas cacing dan
rayap. Berdasarkan aktivitas makan, fauna tanah terbagi atas karnivora,
herbivora, saprofagus, pemakan tumbuhan mikro dan pemakan misel.
Karnivora merupakan kelompok fauna tanah pemakan fauna lainnya. Herbivora
merupakan fauna pemakan tumbuh-tumbuhan, baik bagian akar, daun,
maupun batang. Saprofagus merupakan kelompok fauna yang memakan
fauna maupun tumbuhan yang sudah mati. Pemakan tumbuhan mikro merupakan
kelompok fauna pemakan spora, alga, dan lumut. Pemakan misel merupakan kelompok
fauna pemakan segala jaringan tubuh makhluk hidup baik fauna maupun flora,
segar maupun busuk, kayu maupun herba, makrofita ataupun mikrofita
C.Epiflora
Epiflora
adalah organisme atau tumbuhan yang mempunyai habitat atau tempat hidup di
permukaan tanah. Epiflora merupakan tumbuhan yang hidup bersimbiosis dengan
tumbuhan yang lain. Salah satu contohnya adalah mikoriza yang merupakan
asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza
adalah asosiasi atau simbiosis antara tanaman dengan jamur yang mengkoloni
jaringan kortek akar selama periode aktif perturnbuhan tanaman. Sebagian besar
tanaman vaskular terlibat dalam asosiasi ini. Asosiasi tersebut dicirikan oleh
pergerakan karbon yang diproduksi tanaman ke jamur dan pergerakan hara yang
diperoleh jamur ke tanaman. lstilah mikoriza (atau Jamur akar) pertama kali
diterapkan untuk asosiasi jamur-pohon pada tahun 1885 oleh A.B Frank, seorang
ahli patologi hutan dari Jerman. Sejak saat itu, diketahui bahwa sebagian besar
tanaman daratan membentuk asosiasi simbiotik dengan jamur; diperkirakan 95%
dari seluruh spesies tanaman termasuk dalam genus yang membentuk mikoriza.
Tipe
Mikoriza
Asosiasi
mikoriza bervariasi dalam hal struktur dan fungsinya. Klasifikasi dan
karakteristik tipe utama mikoriza disajikan pada gambar dan tabel berikut.
Tabel. Tanaman inang,
jamur, dan karakteristik penting dari tipe utama
Tipe mikoriza
|
Inang yang terlibat
|
Jamur yang terlibat
|
Struktur karakteristik
|
Fungsi karakteristik
|
Ectomycorrhizae
|
Kebanyakan gimnosperma,
beberapa angiosperma, dan tanaman berkayu
|
Kebanyakarr
basidiomisetes, beberapa askomisetes, dan zygomisetes
|
Jaring Hartig, mantel,
rizomorf
|
Serapan hara,
mineralisasi bahan organik, agregasi tanah
|
Arbuscular
|
Beberapa gimnosperma,
banyak angiosperma
|
Zygomisetes (Glomales)
|
Arbuskular, vesikel, sel
tambahan
|
Serapan hara agregarasi
tanah
|
Ericaceous
|
Monoiropoceae
|
Askornisetes,
basidiomisetes
|
hifa dalam sel, atau
mantel dan jaring
|
Mineralisasi bahan
organik, transfer hara
|
Orchidaceous
|
Orchidaeae
|
Basiomisetes
|
Koil hifa
|
Memasok karbon dan
vitamin pada embrio
|
Ectendomycorrhizae
|
Sebagian besar
gimnosperma
|
Askornisetes
|
Jaring Hartig dengan
Beberapa penetrasi sel, mantel tipis
|
Serapan hara,
mineralisasi bahan organik
|
Ektomikoriza
Ektomikoriza
yang juga disebut mikoriza ektotrofik, merupakan karakteristik berbagai tanaman
pohon di daerah agak dingin, misalnya pinus dan eukaliptus. Jamur yang terlibat
dalam asosiasi ini adalah Ascomycota dan Basidiomycota. Pada wilayah yang
banyak ditumbuhi tanaman berdaun jarum, jamur pengkoloni yang dominan adalah
jamur basidiomisetes yang tumbuh di antara sel kortek akar membentuk mikoriza
tipe ektomikoriza. Beberapa tanaman inang ektomikoriza termasuk dalam famili
Pinaceae, Betulaceae dan Myrtaceae. Jamur ektomikoriza dapat memproduksi hifa
dalam jumlah besar pada akar dan dalam tanah. Hifa ini selain berfungsi dalam
serapan dan translokasi hara anorganik dan air, juga melepaskan hara dari
lapisan seresah dengan memproduksi enzim yang digunakan dalam mineralisasi
bahan organik. Lebih dari 4.000 spesies jamur, terutama yang termasuk
Basiodiomycotina, dan sebagian Ascomycotina, diketahui membentuk ektomikoriza.
Akar
yang diinfeksi oleh ektomikoriza umumnya mempunyai ujung akar yang tumpul dan
pendek yang diselimuti oleh mantel jaringan jamur, serta tidak ada atau hanya
ada sedikit rambut akar. Jamur mengambil alih peran rambut akar dalam menyerap
hara. Dari bagian dalam mantel tersebut jamur tumbuh di antara sel-sel kortek
akar membentuk Jaring Hartig (Hartig net). Beberapa ektomikoriza juga mempunyai
mantel yang menyelimuti seluruh akar penyerap. Mantel tersebut bervariasi dalam
hal tebal, warna dan teksturnya tergantung pada kombinasi jamur-tanaman
tertentu. Mantel tersebut meningkatkan luas permukaan akar penyerap, dan
seringkali mempengaruhi morfologi akar halus, menyebabkan penyebaran akar. Pada
mantel terbentuk hifa yang mengembang ke dalam tanah seringkali beragregasi
membentuk rizomorf.
Mikoriza
Arbuskular
Mikoriza
arbuskular drjumpai pada sebagian besar tanarnan budidaya maupun tanaman liar,
dengan peran penting dalam serapan unsur hara dan kadang-kadang perlindungan
terhadap kekeringan dan serangan patogen. Pada lingkungan lebih panas dan
kering, penggunaan hara sangat tinggi dan unsur fosfor seringkali menjadi
pembatas pertumbuhan tanaman. Jamur yang mengkoloni tanaman di daerah
tersebut adalah ordo Glomales. Jamur ini membentuk arbuskular, atau struktur
bercabang banyak dalarn sel kortek akar, menghasilkan mikoriza arbuskular.
lstilah umum untuk semua mikoriza yang tumbuh dalam sel kortek adalah
endomikoriza. Jamur Glomale tersebut dapat memproduksi hifa ekstramatrik yang
ekstensif (hifa di luar akar) dan dapat meningkatkan serapan fosfor oleh
tanaman yang dikoloni jamur lersebut.
Ciri
diagnostik mikoriza arbuskular adalah perkembangan arbuskular yang bercabang
banyak dalam sel-sel kortek akar. Jamur tersebut pada mulanya tumbuh di antara
sel kortek, tetapi dengan segera menembus dinding sel inang dan tumbuh dalam
sel. Dalam asosiasi ini, dinding sel jamur maupun membran sel inang tidak
tertembus. Ketika jamur tumbuh, membran sel inang menyelimuti jamur, membentuk
kompartemen baru bagi bahan yang mempunyai kompleksitas molekular tinngi.
Kompartemen ini mencegah kontak langsung antar sitoplasma tanaman dan jamur
yang menyebabkan transfer hara antar simbion, mikoriza arbuskular ini umumnya
berumur pendek, kurang dari 15 hari.
Struktur
lain yang dihasilkan oleh beberapa jamur mikoriza arbuskular termasuk vesikula,
sel auksilari, dan spora aseksual. Vesikula adalah struktur berisi lipid yang
berdinding tipis biasanya terbentuk dalam ruang antar sel. Fungsi utamanya diduga
sebagai penyimpan, tetapi vesikula juga dapat berperan sebagai propagula
reproduksi untuk jamur. Sel auksilari dibentuk dalam tanah, tetapi fungsinya
belum diketahui dengan jelas.Spora reproduksi dapat dibentuk dalam akar,
tapi umumnya dalam tanah. Spora yang dihasilkan oleh jamur pembentuk asosiasi
mikoriza arbuskular adalah spora aseksual, dibentuk dengan diferensiasi
hifa vegetatif.
Istilah
vesicular-arbuscular mycorrhiza (VAM) asalnya diterapkan pada asosiasi
simbiotik yang dibentuk oleh jamur dalam ordo Glomales tersebut, tetapi karena
kebanyakan sub ordonya tidak punya kemampuan untuk membentuk vesikula dalam
akar, banyak orang yang menggunakan istilah AM yang sinonim dengan VAM.
Ordo
Glomales dibagi menjadi famili dan genus menurut cara pembentukan spora. Spora
jamurAM mudah dibedakan. Diamaternya berkisar dari 10 i m untuk Glomus tenue
sampai lebih dari 1.000 i m untuk beberapa Scutellospora spp. Sporanya dapat
bervariasi dalam hal warna dari bening sampai hitam, dan bervariasi dalam
tekstur dari halus sampai beromamental. Glomus membentuk spora pada ujung hifa,
Acaulospora membentuk spora lateral dari ujung leher terminus hifa yang
mengembang, dan Entrophospora membentuk spora dalam leher terminus hifa.
Gigasporineae
dibagi menjadi dua genus berdasarkan keberadaan dinding bermembran dalam dan
tempat perkecambahan (Scutellospora) atau tidak adanya struktur tersebut
(Gigaspora). Tipe simbiosis AM sangat umum dijumpai karena jamur yang terlibat
dapat mengkoloni berbagai jenis tanaman. Namun demikian, yang lebih penting
adalah membedakan spesifisitas (kemampuan mengkoloni), infektivitas jumlah
koloni) dan efektivitas (respon tanaman pada koloni).
Mikoriza
Ericaceous
Tanaman Ericaceous yang
mendominasi tanah asam dengan kandungan bahan organik tinggi dikoloni oleh
jamur askomisetes menghasilkan mikoriza tipe ericoid. Tipe mikoriza ini
dicirikan oleh pertumbuhan ekstensif dalam sel kortek, tetapi kurang ekstensif
ke dalam tanah. Jamur menghasilkan enzim ekstraseluler yang melapukkan bahan
organik, sehingga tanaman dapat menyerap hara yang dimineralisasi dari senyawa
organik pada bahan koloid di sekitar akar.
lstilah
ericaceous digunakan untuk asosisasi mikoriza yang dijumpai pada tanaman daiam
Ardo Ericles. Hifa dalam sistem akar dapat menembus sel kortek (kebiasan
endomikoriza), tetapi tidak terbentuk arbuskular. Dijumpai tiga bentuk mikoriza
ericaceous, yakni:
A.
Ericoid: sel kortek dalam
terkemas dengan hifa jamur. Hifa yang lepas tumbuh pada permukaan akar, tetapi
mantel yang sebenarnya tidak terbentuk. Mikoriza ericoid dijumpai pada tanaman
Calluna, Rododendron, dan Vaccinum yang mempunyai sistem perakaran yang halus
dan tumbuh pada tanah gambut yang asam. Jamur yang terlibat adalah askomisetes
dari genus Hymenocyphus.
B.
Arbutoid: dijumpai
karakteristik ektomikoriza dan AM. Penetrasi antar sel dapat terjadi, terbentuk
mantel, dan ada jaring Hartig. Jamur yang terlibat dalam asosiasi ini adalah
basiodiomisetes, dan sama dengan jamur yang rnengkoloni pohon inang
ektomikoriza di daerah yang sama.
C.
Monotropoid: jamur
mengkoloni tanaman yang tidak berklorofil pada Monotropaceae, memproduksi
jaring Hartig dan mantel. Jamur yang sama juga membentuk asosiasi ektomikoriza
dengan pohon membentuk jalinan untuk rnengalirkan karbon dan nutrisi dari
tanaman inang autotrof ke tanaman parasit heterotrof.
Mikoriza
Orchidaceous
Jamur
mikoriza mempunyai peran menarik dalam siklus tanaman Orchidaceae. Orchid
(anggrek) mempunyai biji kecil dengan sedikit cadangan hara. Tanaman dikoloni
segera setelah berkecambah, dan jamur mikoriza menyediakan karbon dan vitamin
untuk perkembangan embrio. Untuk spesies yang tidak berklorofil, tanaman
tergantung pada jarnur untuk menyediakan karbon selama hidupnya. Jamur
tumbuh di dalam sel tanaman dan membentuk hifa dalam sel. Jamur yang terlibat
dalam simbiosis ini di antaranya basiodimisetes pelapuk kayu (misalnya Corrus
arasmitus) dan patogen (misal Armillaria dan Rhizoctonia). Pada tanaman
anggrek dewasa, mikoriza juga berperan dalam serapan dan translokasi hara.
lnfeksi
Campuran
Beberapa
jamur dapat mengkoloni akar satu jenis tanaman, tetapi tipe mikoriza yang
terbentuk biasanya seragam untuk satu tanaman inang. Ada juga tanaman inang
yang dapat mendukung lebih dari satu tipe asosiasi mikoriza, contohnya tanaman
Alnus, Salix, Populus dan Eucalyuptus dapat mempunyai asosiasi ektomikoriza dan
endomikoriza pada tempat yang sama.
Serapan
dan Transfer Hara Tanah
Hifa
jamur mikoriza sangat berpotensi untuk meningkatkan luas permukaan serapan akar
sampai dengan 80%. Jika mikoriza harus efektif dalam serapan hara, hifanya
harus tersebar melampaui zona defisierrsi hara dan berkembang di sekitar akar.
Zona defisiensi hara terbentuk jika hara dalam larutan tanah hilang lebih cepat
dibandingkan kecepatan penggantian melalui difusi. Untuk ion-ion yang kurang
mobil seperti fosfat, zona defisiensi akar dapat terbentuk di dekat akar. Hifa
dapat menjembatani zona defisiensi dan tumbuh dalam tanah dengan penyediaan
fosfor yang cukup. Serapan unsur mikro seperti Zn dan Cu juga ditingkatkan oleh
mikoriza. Untuk hara yang lebih mobil seperti nitrat, zona defisiensinya
terlalu luas untuk dijagkau oleh hifa.
Peran
menonjol mikoriza adalah asesibilitasnya terhadap pool fosfor yang tidak
tersedia untuk tanaman. Mekanismenya adalah pelepasan fosfor anorganik dan
fosfor organik secara fisikokimia dengan asam organik seperti oksalat.
Peran
asam organik tersebut adalah
a.
melepaskan fosfor yang
dijerap oleh logam hidrooksida melalui reaksi pertukaran ligan,
b.
melarutkan permukaan logarn
oksida yang menjerap fosfor, dan
c.
mengkomplek logam dalam
larutan sehingga mencegah presipitasi logam fosfat.
Beberapa
jamur ektomikoriza menghasilkan asam oksalat dalam jumlah besar yang berperan
dapat mernacu serapan hara oleh akar yang diinfeksi ektomikoriza. Mekanisme
lain yang diperankan oleh mikoriza dalam melepaskan fosfor anorganik adalah
melalui mineralisasi bahan organik. Ericoid dan ektomikoriza juga berperan
dalam mineralisasi itrogen. Beberapa seresah tanaman yang masuk ke tanah banyak
yang mempunyai nisbah C/N tinggi dan kaya lignin dan polifenol. Hanya sedikit
sekali jamur mikoriza yang dapat memobilisasi hara dari seresah seperti
tersebut di atas. Namun demikian, beberapa jenis jamur ericoid dan ektomikoriza
bisa memperoleh nitrogen dan hara lainnya dari sumber sekunder bahan organik seperti
biomassa mikroba yang mati.
Aliran
Karbon pada Tanaman bermikoriza
Jamur
mikoriza bervariasi mulai dari simbion obligat yang hanya dapat memperoleh
karbon dari tanaman inangnya (endomikoriza), sampai simbion fakultatif yang
juga dapat memineralisasai karbon organik dari sumber-sumber mati
(ektomikoriza). Di alam, jamur mikoriza heterotrof memperoleh hampir semua
kebutuhan karbonnya dari tanaman inang autotrof.
Ektomikoriza
dan mikoriza ericoid merombak karbohidrat tanaman inang menjadi karbohidrat cadangan
yang khusus untuk jamur, seperti manitol dan trehalosa. Pada mikoriza
arbuskular, lipid terakumuiasi dalam vesikula dan struktur jamur lainnya yang
bermanfaat bagi tanaman inang. Sekitar 20% dari total karbon yang diasimilasi
oleh tanaman dapat dipindahkan ke jamur. Pemindahan ini kadang dianggap sebagai
kehilangan karbon tanaman inang, tetapi tanaman inang dapat meningkatkan
aktivitas fotosintesisnya setelah dikoloni mikoriza, sehingga karbon yang
hilang akibat transfer tadi bisa dikompensasi.
Pada beberapa mikoriza hifa
ekstramatrik menghasilkan enzim hidrolitik seperti protease dan fosfatase yang
penting dalam mineralisasi bahan organik dan meningkatkan ketersediaan hara.
Hifa ekstramatrik juga mengikat partikel tanah sehingga meningkatkan agregasi
tanah.
Manfaat
mikoriza bagi tanaman
Keuntungan
yang didapat dari simbiosis mutualistik antara jamur dan tanaman adalah tanaman
memberi karbon untuk jamur dan jamur memberi peningkatan kemampuan penyerapan
fosfat, mineral dan nutrisi lainnya bagi tumbuhan. Peningkatan pengambilan
nutrisi oleh akar tanaman bermikoriza terjadi karena perakaran menjadi tambah
panjang, diameter tambah besar, sehingga permukaan absorbsi akar semakin luas.
Mikoriza membantu pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan penyerapan fosfat.
Fosfat merupakan unsur essensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak.
Sementara pada tanah asam, fosfat dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman.
Mikoriza pada akar tanaman mampu mengubah fosfat yang tidak tersedia bagi
tanaman menjadi tersedia
Akar
tanaman yang bermikoriza mampu menghambat infeksi patogen melalui
mekanisme mikoriza menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan buat
pertumbuhan patogen dengan jalan menggunakan karbohidrat dan eksudat akar yang
lebih. Dengan cara lain mikoriza juga mengeluarkan zat yang dapat mematikan
patogen Mikoriza juga dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan
seperti auksin, sitokinin dan giberelin bagi tanaman inangnya. Auksin berfungsi
memperlambat proses penuaan akar sehingga fungsi akar sebagai penyerap unsur
hara dan air akan bertahan lebih lama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lingkungan
merupakan bagian yang kompleks dari berbagai faktor yang saling berinterakasi
satu sama lainnya. Tidak saja antara biotik dan abiaotik tetapi juga antara
biotik itu sendiri dan antara abiotik dengan abiotik pada proses fotosintesis terjadi interaksi
antara komponen biotik yaitu tumbuhan dan abiotik yaitu cahaya. Fotosintesis
atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari
dan enzim-enzim. Sedangkan
cahaya memegang peranan penting dalam penyinaran, lamanya penyinaran dapat
mempengaruhi ekosistem dalam sebuah lingkungan. Air juga merupaka faktor yang
sangat penting dalam sebuah ekosistem, karna setiap makhluk hidup sangat
membutuhkan air.
3.2 Saran
Demikianlah uraian singkat dari makalah kami yang
berjudul konsep individual dan faktor lingkungan: Fotosintesis dna Cahaya,
Hubungan air dan keseimbangan Energi, Tanah dan Mineral/Nutrisi dan Interaksi
Epiflora dan Fauna Tanah. Makalah ini masih sangat terbatas dan memerlukan
tambahan guna memperluas wawasan kami.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar