PROSEDUR PENELITIAN
SUATU PENDEKATAN PRAKTIK
REVIEW BUKU PENELITIAN PENDIDIKAN
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian
yang
dibina oleh Bapak Drs. Harun Ahmad, M.Pd
OLEH
Lazarus (2111000220077)
INSTITUT KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO
FAKULTAS PENDIDIKAN
ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN
BIOLOGI
DESEMBER
2013
A. IDENTITAS
Judul
Buku
|
:
|
Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
|
Penulis
|
:
|
Prof.
Dr. Suharsimi Arikunto
|
Penerbit
|
:
|
Rineka
Cipta
|
Cetakan
|
:
|
Edisi
Revisi 2010
|
Jumlah
Halaman
|
:
|
i-xii,
412
|
B. PENDAHULUAN
Buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
merupakan revisi dari buku presedur penelitian edisi revisi VI. Pada revisi
kali ini buku yang di tulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto mengalami
penambahan, penambahan tersebut, yaitu: pertama, satu cara penelitian, yang
semula hanya : operation reseach (action reseach) dan penelitian eksperimen (experimen
reseach), Suharsimi Arikunto menambahkan satu cara penelitian lain yakni
penelitian deskriptif (description
reseach).
Kedua, penambahan satu bab yang membahas
tentang penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif ini memang masih kurang
populer, namun mempunyai keistimewaan yakni penelitian jenis ini dapat
dilakukan untuk semua jenis program kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas dari program yang dievaluasi.
Makalah singkat ini berusaha
untuk memberikan gambaran kepada calon peneliti, untuk melakukan penelitian
dalam menemukan sumber informasi tentang cara mengadakan penelitian. Selain
itu, Suharsimi Arikuntor mengulas berbagai macam cara penelitian beserta dengan
contohnya. Semoga apa yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
kepada pembaca mengenai apa yang di tulis oleh Suharsimi Arikunto.
A.
Ringkasan Bab
Edisi ke ketujuh dari buku Prof. Dr. Suharsimi
Arikunto mengenai prosedur penelitian dalam suatu pendekatan praktik ini
terdiri atas 17 bab. Buku ini tidak sama
dengan buku prosedur yang sebelumnya, kali ini terbit dalam isi yang lebih
meyakinkan, dapat dilihat dari banyaknya halaman. Pembenahannya yaitu berupa
tambahan penjelasan untuk penelitian kualitatif. Menurut Suharsimi Arikuntoro
hal ini penting karena dilapangan sering terjadi penyederhanaan prinsip
penelitian kualitatif menjadi penelitian deskriptif saja.
Ketujuh belas bab dalam buku Suharsimi Arikunto
adalah sebagai berikut:
o
Bab 1 :
Kegiatan Penelitian
o
Bab 2 :
Alur dan Ragam Penelitian
o
Bab 3 :
Penelitian Evaluatif
o
Bab 4 :
Cara Mengadakan Penelitian
o
Bab 5 :
Memilih Masalah
o
Bab 6 :
Studi Pendahuluan
o
Bab 7 :
Merumuskan Masalah
o
Bab 8 :
Merumuskan Anggapan Dasar
o
Bab 9 :
Merumuskan Hipotesis
o
Bab 10
: Memilih Pendekatan
o
Bab 11
: Menentukan Variabel
o
Bab 12
: Menentukan Sumber Data
o
Bab 13
: Menentukan Dan Menyusun Instrumen
o
Bab 14:
Pengumpulan Data
o
Bab 15
: Analisis Data
o
Bab 16
: Menarik Kesimpulan
o
Bab 17
: Menulis Laporan
Adapun uraian singkat
dari masing – masing bab, akan disajikan sebagai berikut
Bab 1 : Kegiatan Penelitian,
dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;1-11) membahas tentang siapa yang perlu
meneliti, bagaimana penelitian dilakukan dan apa yang diteliti. Suharsimi
Arikunto mengatakan : Siapapun dari bidang manapun, orang membutuhkan
penelitian untuk meningkatkan usaha yang dilkukan. Secara garis besar saja ada
3, yakni: penelitian yang hanya bermaksud mengetahui kondisi yang ada tanpa
melakukan perubahan, penambahan, atau manipulasi. Suharsimi Arikuntoro
mengemukakan 5 (lima) macam atau jenis penelitian, yakni (a) penelitian
deskriptif murni atau survei, (b) penelitian korelasi – ada korelasi belajar
dan korelasi sebab –akibat, (c) penelitian komparasi, (d) penelitian pelacakan
atau penelitian penelusuran ( tracer study ), (e) penelitian evaluasi.
Dalam eksperimen dikenal adanya faktor eksperimen dan non-eksperimen. Ada
3 cara menyisihkan faktor non-eksperimen yaitu: disisihkan secara fisik,
disisihkan secara selektif dan disisihkan dengan manipulasi statistik.
Penelitian ekperimen selalu dilakukan dengan sengaja menimbulkan gejala yang
dilihat akibatnya. Penelitian non-eksperimen hanya meneliti apa yang sudah ada.
Yang menjadi persoalan dalam penelitian pendidikan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan belajar mengajar disekolah misalnya kurikulum,
guru, personal non-guru, siswa, pengelolaan, sarana, dan sebagainya.
Bab II : Alur dan Ragam Penelitian.
Dalam bab ini Suharsini Arikunto (2010;13-35) membahas tentang alur peneletian,
penelitian ditinjau dari tujuannya, penelitian ditinjau dari pendekatannya,
penelitian ditinjau dari bidang ilmunya, penelitian ditinjau dari tempatnya
penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Suharsimi Arikunto mengemukakan alur pemikiran
penelitian, menurutnya apapun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan
atau ganjalan, yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti.
Ada
berbagai jenis menurut berbagai sudut tinjauan yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto yaitu :
1. Ditinjau
dari tujuannya : Penelitian
eksploratif, penelitian developmental, penelitian verifikatif dan kebijakan
2. Ditinjau
dari pendekatannya : (1) Pendekatan
longitudinal
Menurut
Suharsimi Arikunto, dengan pendekatan itu
maka peneliti mencatat kemampuan berfikir sejak anak didik di kelas 1.
Berturut-turut setiap tahun perkembangan tersebut dicatat yaitu dikelas II,
III, IV, V, dan VI. Yang perlu diperhatikan disini adalah waktu pencatatan
dilakukan. (1) pendekatan
cross-sectional. Menurut Suharsini
Arikunto, pendekatan cross-sectional ini tidak
menggunakan subjek yang sama. Dalam waktu yang bersamaan, Suharsimi Arikunto
mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar
secara serentak. Jelas, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa datanya dengan
cepat dapat terkumpul.
3. Ditinjau
dari bidang ilmu
Berkenaan dengan
jenis spesialisasi dan interes, maka tentu saja bidang ilmu yang diteliti
banyak sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam
penelitian ditinjau dari bidangnya adalah: Pendidikan,
ekonomi, hukum, sosial, dan seterusnya.
4. Ditinjau
dari tempatnya
Tempat
penelitiannya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Penelitian
perpustakaan, dan penelitian kancah (lapangan)
Penelitian yang
paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan.
5. Ditinjau
dari variabel
Suharsimi
Arikunto mengatakan variabel yang sudah ada
data atau data yang sudah ada sekarang. Disamping itu ada penelitian variabel
yang akan datang (eksperimen). Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang
ditatap (dijinggleng-jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to be
noticed), yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut
Suharsimi Arikunto munculnya penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir
bersamaan. Jenis penelitian ini dapat dikatakan “meledak” dan menjadi populer
ketika buku Lexy Moleong terbit tahun 1998. Suharsimi Arikunto mengatakan
setelah itu banyak sekali penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang
sebetulnya belum terlalu menguasai materi teori dan ciri-ciri penelitian
teresebut secara mendalam. Akibatnya, banyak penelitian yang disebut sebagai
penelitian kualitatif tetapi sebetulnya dapat dikatakan hanya deskriptif saja.
Menurut Moleong (2008 ; hal 8-12), ada sebelas karakteristik penelitian
kualitatif yang harus dipenuhi, yaitu : (1) latar ilmiah, (2) manusia sebagai
alat, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teori dari
dasar (grounded theory), (6)
deskriptif, (7) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (8) adanya batas
yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,
(10) desain yang bersifat sementara, (11) hasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama. Dari karakteristik yang cukup banyak tersebut, tidak banyak
orang yang memiliki kemampuan yang dipersyaratkan.
Suharsimi
Arikunto mengatakan, jika kita mengikuti tulisan Sugiyono (2010 ; 291),
judul-judul penelitian kualitatif yang disarankan antara lain: (1) model
perencanaan pendidikan di era otonomi daerah, (2) makna menjadi guru bagi
masyarakat, (3) model korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pengelolaan
pendidikan, (4) profil guru yang efektif mendidik anak, (5) makna gotong royong
membangun sekolah. Suharsimi Arikunto mengatakan penelitiannya akan sangat
sulit karena menangkap makna dari fenomena yang sifatnya naturalistik.
Dibandingkan dengan penelitian mahasiswa
sebagai berikut dalam sajian judul-judul kelompok kedua berikut. (1)
pengelolaan sarana pendidikan di SMKN 1 Surakarta, (2) implementasi jam belajar
masyarakat di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, (3) pengelolaan kegiatan
ekstra kurikuler Bahasa Daerah di SD sekecamatan X, (4) implementasi KTSP oleh
guru-guru di SMP Lombok Barat, (5) kualitas pembelajaran Seni Budaya di SMPN
Ungaran Jawa Tengah. Judul-judul penelitian kelompok kedua ini ruang lingkupnya
sempit dan sudah dapat diantisipasi kira-kira datanya seperti apa dan hasilnya
juga seperti apa.
Bab
III : Penelitian Evaluatif. Dalam bab
ini Suharsimi Arikunto (2010;36-58) mengulas tentang pendahuluan, pengertian
dan manfaat, objek penelitian evaluatif adalah sebuah sistem, prosedur penelitian evaluatif, langkah-langkah
penelitian evaluatif, dan pengolahan dan analisis data. Suharsimi Arikunto
mengatakan Penelitian jenis lain yang sampai saat ini masih kurang populer
yaitu penelitian yaitu penelitian evaluatif. Menurutnya, keistimewaan jenis
penelitian ini adalah bahwa peneliti dapat melakukan untuk semua jenis program
kegiatan, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dari program yang
dievaluasi. Suaharsini Arikunto mengatakan penelitian evaluatif secara resmi
dilakukan untuk mengevaluasi implementasi dari suatu kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah atau lembaga resmi.
Meskipun
demikian, model penelitian evaluatif dapat diterapkan pada setiap evaluasi
untuk berbagai program kegiatan, termasuk untuk mengevaluasi program yang tidak
resmi, misalnya hajatan merayakan pernikahan, upacara bendera, kerja bakti, dan
lain-lain.
Suharsimi
Arikunto mengatakan, setiap program apapun
bentuknya dan seperti apapun sederhananya pasti merupakan sebuah sistem yang
terdiri dari beberapa komponen yang merupakan faktor penentu bagi keberhasilan
program tersebut. Dalam bab ini Suharsini
Arikunto menyajikan contoh program pembelajaran yang
komponennya ada 6 yaitu :
-
Siswa - Sarana
-
Guru - Pengelolaan
-
Materi - Lingkungan
Ada
beberapa langkah dalam penelitian ini yang di bahas oleh Suharsini Arikunto
adalah sebagai berikut:
Ø Identifikasi
komponen
Ø Identifikasi
komponen menjadi indikator dan bukti
Ø Membuat
kisi-kisi untuk penyusunan instrumen, dengan kolom tambahan yaitu dibagi yaitu
: sumber
data, metode, dan instrument.
Suharsimi
mengatakan dari berbagai jenis instrumen dapat diketahui dari kolam terakhir
ini. Namun tidak semua jenis yang tertera dalam kolam terakhir harus dibuat
instrumennya. Hal ini tergantung dari banyaknya muncul, tingkat kepercayaan
mendapat data, dan praktisnya digunakan.
Bab
IV : Cara Mengadakan Penelitian.
Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;59-66) membahas tentang persyaratan penelitian, dan prosedur penelitian.
Suharsimi Arikunto mengemukakan syarat-syarat penting dalam mengadakan
penelitian adalah sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah. Oleh
karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci, dan
sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Suharsimi
mengatakan sebenarnya masih dapat disebutkan
langkah-langkah penelitian yang lain yang lebih menitikberatkan pada kegiatan
administratif yaitu:
v Pembuatan
rancangan penelitian
v Peleksanaan
penelitian
v Pembuatan
laporan penelitian.
Menurut
Suharsimi Arikunto mengatakan ketiga langkah inipun merupakan suatu pendekatan
praktik, namun, ketiga langkah tersebut terlalu besar jaraknya. Oleh karena
itu, Suharsini Arikunto mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci,
dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Langkah – langkah
penelitian yang diajukan oleh Suharsimi
Arikunto adalah :
1. Memilih
masalah : besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang
mesti memiliki masalah. Hanya bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi,
tetapi ada pula yang memerlukan penelitian. Akan tetapi ada masalah penelitian
yang tidak dapat dipecahkan melalui penelitian karena berbagai sebab, antara
lain karena tidak tersedia datanya.
2. Studi
permasalahan : walaupun sudah diperoleh
suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya,
peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu manjajagi kemungkinan di
teruskannya pekerjaan meneliti.
3. Merumuskan
masalah: apabila telah di peroleh informasi yang cukup dari studi
pendahuluan/studi eksploratori, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas.
4. Merumuskan
anggapan dasar : anggapan dasar
adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi
sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam
melaksanakan penelitiannya.
4a. Merumuskan
hipotesis : hipotesis merupakan
kebenaran sementara yang ditentukan peneliti, tetapi masih harus dibuktikan,
dites, atau diuji kebenarannya.
5. Memilih
pendekatan : yang dimaksud dengan “pendekatan” disini adalah metode atau cara mengadakan
penelitian seperti halnya : eksperimen atau non-eksperimen.
6. (a)
menentukan variabel
(b)sumber data
7.
Menentukan dan menyusun
instrument
8.
Mengumpulkan data
9.
Analisis data
10.
Menarik kesimpulan
11.
Menyusun laporan
Suharsimi Arikunto mengatakan langkah
ke-1 sampai dengan ke-6 mengisi kegiatan pembuatan rancangan penelitian.
Langkah ke-7 sampai dengan ke-10 merupakan pelaksanaan penelitian, dan terakhir
sama dengan pembuatan laporan penelitian.
Bab
V
: Memilih Masalah. Dalam bab ini
Suharsimi (2010;68-81) menjelaskan tentang darimana masalah diperoleh, masalah
dan judul penelitian, jenis permasalahan, dan merumuskan judul. Suharsimi Arikunto mengatakan masalah
penelitian dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari pengalaman bekerja
sehari-hari, dari hasil membaca dan menelaah buku-buku, atau dari apa yang
dirasakan masalah oleh orang lain. Yang penting adalah bahwa peneliti harus
memahami permasalahan penelitiannya.
Hasil penelitian merupakan perkayaan dari
pengetahuan. Oleh karena meneliti itu memerlukan biaya, tenaga, waktu,
ketekunan, dan keseriusan dari peneliti, maka sebuah topik atau judul
penelitian harus dipilih secara hati-hati hingga memenuhi persyaratan, yaitu
sebagai berikut:
1)
Judul harus sesuai
dengan minat
2)
Judul harus dapat
dilaksanakan
3)
Harus tersedia faktor
pendukung
4)
Judul harus bermanfaat,
penelitian bukan merupakan ulangan, bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan praktik.
Suharsimi Arikunto mengatakan judul
penelitian ini harus dirumuskan secara jelas hingga menggambarkan. (1) Sifat
dan jenis penelitian, (2) Objek yang diteliti, (3) Subjek penelitian, (4)
Lokasi/ daerah penelitian, (5) Tahun (waktu) terjadinya peristiwa
Suharsimi Arikunto mengemukakan jenis –
jenis problema :
a.
Mengetahui dan
mendeskripsikan
b.
Problema komparasi
c.
Problema korelasi : (1) Korelasi sejajar. Misalnya, korelasi
antara kemampuan berbahasa inggris dan kesetian ingatan. (2) Korelasi sebab-akibat. Misalnya korelasi
antara teriknya sinar matahari dan larisnya es mambo.
Jenis-jenis permasalahan tersebut
biasanya lalu dijadikan dasar dalam merumuskan judul penelitian.
1.
Peneliti ingin
mengetahui status sesuatu
2.
Peneliti ingin
membandingkan status dua fenomena atau lebih
3.
Peneliti ingin
mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih
Bab VI : Studi Pendahuluan. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;82-86),
membahas tentang studi pendahuluan, dan cara mengadakan studi pendahuluan
menurutnya studi pendahuluan ini sangat bermanfaat bagi para calon ahli
peneliti untuk menelusuri lebih jauh apa yang akan dipermasalahkan. Yang sudah
diutarakan didepan.
v Apakah
judul penelitian yang harus dilakukan benar-benar sesuai dengan minatnya?
Apakah peneliti memang akan senang melaksanakan karena menguasai
permasalahannya?
Suharsini
mengatakan pertanyaan ini penting untuk di jawab
karena minat, perhatian, penguasaan pemecahan masalah merupakan modal utama
dalam meneliti.
v Apakah
penelitian ini dapat dilaksanakan? Banyak sekali faktor yang menyebabkan
seorang peneliti tidak dapat melaksanakan rencananya. Faktor-faktor tersebut
antara lain : kemampuan, waktu, tenaga,dan dana.
v Apakah
untuk penelitian yang akan dilakukan tersedia faktor pendukung? Dibagian
terdahulu sudah di jelaskan bahwa data yang akan dikumpulkan harus ada. Sebagai
hasil tambahan peneliti harus sudah merumuskan judul penelitian, sudah
disediakan dana, sudah mengurus izin,
dan berhasil.
v Apakah
hasil penelitian cukup bermanfaat? Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan efektivitas
pengajaran modul di bandingkan dengan pengajaran klasifikasi. Dari studi
pendahuluan, yakni membaca buku-buku diperpustakaan, diketahui bahwa sudah ada
beberapa laporan penelitian yang menjelaskan bagaimana efektivitas pengajaran
modul baik secara terpisah maupun di bandingkan dengan pengajaran sistem lain. Sebagai pedoman perlu
tidaknya atau dapat tidaknya penelitian dilaksanakan, peneliti harus ingat
empat hal
Suharsimi Arikunto mengatakan setelah
memilih masalah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan studi pendahuluan. Faedah
mengadakan studi pendahuluan :
1) Memperjelas
masalah
2) Menjajagi
kemugkinan dilanjutkannya penelitian
3) Mengetahui
apa yang sudah di hasilkan orang lain bagi penelitian yang serupa dan bagian
mana dari permasalahan yang belum terpecahkan.
Cara
Mengadakan Studi Pendahuluan
1) Dengan
membaca literatur, baik teori maupun
penemuan (hasil penelitian terdahulu)
2) Mendatangi
ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi
3) Mengadakan
peninjauan ketempat atau lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa.
Bab
VII : Merumuskan Masalah. Dalam bab
ini Suharsimi Arikunto (2010;88-100), membahas tentang perlunya merumuskan
masalah, dan bagaimana merumuskan masalah. Suharsini mengatakan karena judul
penelitian sering tidak dituliskan secara lengkap, maka penelitian memperjelas
maksud penelitiannya pada desain yang disusunnya.
Proposal
atau usulan penelitian perlu dibuat oleh calon peneliti dengan maksud:
1) Memberikan
pedoman kerja peneliti
2) Meminta
bantuan dana kepada sponsor.
Ada
5 hal yang harus dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto yaitu :
1) Penegasan
judul dan atau pembatasan masalah
2) Alasan
pemilihan judul:
a) Karena
penting, menarik dan belum ada yang meneliti
3) Problematik
penelitian :
b) Pertanyaan
yang dicarikan jawabannya melalui penelitian. Dirumuskan dalam pertanyaan,
merupakan hal yang di pertanyakan.
4) Tujuan
penelitian :
c) Keinginan
yang ada pada peneliti untuk hal-hal yang akan dihasilkan oleh penelitian,
dirumuskan dalam kalimat pertanyaan, merupakan jawaban yang ingin dicari.
5) Kesimpulan
yang ditulis pada akhir laporan penelitian merupakan jawaban yang diperoleh.
Antara problematik, tujuan penelitian dan kesimpulan harus sinkron.
6) Kegunaan
hasil penelitian :
d) Hasil
apa yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan merupakan foolow up kesimpulan.
Bab VIII : Merumuskan
Anggapan Dasar. Dalam bab ini Suharsimi Arikunto (2010;103-108),
menjelaskan tentang pengertian, dan cara menentukan anggapan dasar. Setelah
Suharsimi Arikunto
menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selajutnya adalah suatu
gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas.
Apabila kita tidak memahami keadaan suatu daerah, kita tidak dapat menentukan
anggapan bahwa daerah tersebut di huni oleh banyak mahasiswa. Jadi kita tidak dapat dengan pasti menentukan daerah
tersebut sebagai wilayah penelitian yang menyangkut masalah-msalah mahasiswa.
Suharsimi
Arikunto mengatakan anggapan dasar adalah
suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara
jelas :
1) Untuk
memperkuat permasalahan
2) Membantu
peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan
data, instrumen pengumpulan data.
Suharsimi
mengatakan untuk dapat merumuskan anggapan dasar, peneliti harus banyak membaca
buku, mendengarkan informasi dari berbagai sumber dan mengunjungi tempat.
Bab
IX : Merumuskan Hipotesis. Dalam bab
ini Suharsimi (2010;109-119) membahas tentang pengertian, jenis-jenis
hipotesis, kekeliruan yang terjadi dalam hipotesis, cara menguji hipotesis dan
penelitian tanpa hipotesisi. Suharsimi mengatakan sesudah peneliti mengadakan
penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan
dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Sesudah peneliti
mantap akan permasalahannya, maka ia mulai mengerjakan penelitian. Sebagai
pedoman kerja, ia menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah dalam
menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil kesimpulan.
Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan hipotesis.
Suharsimi
mengemukakan dua macam hipotesis, yaitu hipotesis
kerja yang juga disebut hipotesis alternatif (Ha) dan hiotesis nol ( Ho)
hipotesis nihil yang juga disebut hipotesis statistik.
Sehubungan
dengan perumusan hipotesis maka terdapat dua kekeliruan yang dibuat yaitu: (1) Menolak hipotesis yang
seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpa (@), (2) Menerima hipotesis yang seharusnya
ditolak, disebut kekeliruan beta.
Bab X : Memilih Pendekatan. Dalam bab ini Suharsimi (2010;120-156) membahas tentang
jenis-Jenis
pendekatan, penelitian tindakan, prinsip
penelitian tindakan, model penelitian tindakan, sasaran objek penelitian
tindakan, laporan penelitian tindakan, contoh rencana penelitian tindakan
kelas,survei sebagai salah satu pendekatan, penelitian penelusuran, dan
pendekatan yang jarang disentuh. Suharsimi mengatakan langkah
memilih pendekatan ini sebenarnya bisa lebih tepat ditempatkan setelah peneliti
menentukan dengan tegas variabel penelitian.
Secara singkat, Suharsimi Arikunto menjelaskan tentang
pendekatan penelitian dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari
sudut pandangnya, walaupun sebenarnya antara jenis yang satu dengan jenis yang
lain kadang-kadang saling over lapping.
1. Jenis
pendekatan menurut teknik samplingnya adalah:
Ø Pendekatan
populasi
Ø Pendekatan
sampel
Ø Pendekatan
kasus
2. Jenis
pendekatan menurut timbulnya variabel adalah:
Ø Pendekatan
non-eksperimen
Ø Pendekatan
eksperimen
3. Jenis
pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non eksperimen.
Sehubungan
dengan pendekatan jenis ini, maka dibedakan atas: (1) Penelitian kasus (case-studies), (2) Penelitian kausal
komparatif, (3) Penelitian
korelasi, (4) Penelitian historis, (5) Penelitian filosofis. Suharsimi membahas tiga
penelitian yang pertama, dinamakan juga penelitian deskriptif.
4. Jenis
pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan, adalah:
a. “One-shot”
model, yaitu model pendekatanyang menggunakan satu kali pengumpulan data pada
“suatu saat”.
b. Longitudinal
model, yaitu mempelajari berbagai tingat pertumbuhan dengan cara “mengikuti’
perkembangan bagi individu yang sama.
c. Cross-sectional
model, yaitu gabungan antara model a dan b, untuk memperoleh data yang lebih
lengkap yang dilakukan dengan cepat, sekaligus dapat menggambarkan perkembangan
individu selama dalam masa pertumbuhan karena mengalami subjek dari berbagai
tingkat umum.
5. Jenis
pendekatan menurut desain atau rancangan penelitiannya (yang ini sebenarnya
masuk dalam pendekatan eksperimen).
a. Rancangan
rambang lugas.
b. Rancangan
ulangan.
c. Rancangan
vaktorial.
Van
Dalen mengatakan bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang
bertujuan untuk mencari kedudukan (atatus) fenomena (gejala) dan menentukan
kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah
ditentukan. Yang termasuk dalam studi survei: survei sekolah, jop analysis,
analisis dokumen, publik opinion survei, dan komuniti. Survei dapat digunakan
sebagai studi pendahuluan.
Penelitian
akhir-akhir ini yang sering digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Meskipun istilahnya “kelas”, tetapi tidak berarti menunjuk pada ruangan, tetapi
sekelompok siswa atau siapa saja yang sedang mempelajari sesuatu. Penelitian
yang mirip dengan PTK adalah Lesson Study, yaitu penelitian yang mengutamakan
pengamatan dan pencermatan pada proses pembelajaran, karena tujuannya adalah
mencobakan metode berkali-kali agar dapat diketahui apa kelemhannya. Dengan
demikian itulah guru akan menguasai metode yang sudah dicobakan berkali-kali,
dan dengan kata lain, kemampuan guru akan dapat meningkat sesudah melalui upaya
melaksanakan PTK.
Bab XI : Menetukan
Variabel. Dalam bab ini Suharsimi (2010;158-169) membahas tentang
pengertian dan macam variabel, variabel sebagai objek penelitian, pentingnya
memahami variabel, dan memahami variabel yang bermakna. Suharsimi Arikunto mengatakan
variabel adalah gejala
yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Suharsimi Arikunto mengatakan istilah Variabel
merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian.
Variabel dapat dibedakan atas yang Kuantitatif dan Kualitatif. Suharsimi Arikunto mengambil contoh
variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan
sebagainya, sedangkan contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran,
kepandaian.
Variabel
Kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan
variabel kontinum. Variable kontinum dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu
:
Ø Variable
ordinal
Ø Variable
interval
Ø Variable
ratio
Suharsimi
mengatakan variable adalah objek penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil
pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK
Menteri P dan K No. 0259/U/1977 taggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa data
adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengelolaan data yang dipakai untuk
suatu keperluan. Sesuai dengan macam atau jenis variable, maka data atau hasil
pencatatanya juga mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka :
ü Data
dari variable diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
ü Data
dari variable kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak
atau ukuran.
Suharsimi
Arikunto mengatakan apabila seorang peneliti
ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka
yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Dalam
penelitian seperti ini, peneliti menggunakan pendekatan eksperimen.
Suharsimi
Arikunto mengatakan kelompok eksperimen
adalah orang – orang yang minum susu, sedangkan kelompok control atau kelompok
pembanding adalah orang – orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu
yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan ukuran liter, maka
variabelnya berbentuk variable kontinum, sedangkan tambah – tidaknya berat
badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variable kontinum
(ratio).
Suharsimi
Arikunto menjelaskan tentang memahami variable dan kemampuan menganalisis atau
mengidentifikasikan setiap variable menjadi variable yang lebih kecil (sub
variable) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memecah – mecah
variable menjadi sub variable ini juga disebut kategorisasi, yaitu memecah
variable menjadi kategori – kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.
Suharsimi
mengatakan kategori, Indikator, sub – variable ini akan dijadikan pedoman dalam
merumuskan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan
kelanjutan langkah penelitian yang lain.
Contoh
penjabaran variable dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Penelitian dengan judul :
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar
Murid
Variable bebas : kualitas guru
Variable terikat : prestasi belajar murid
Yang ditulis dalam tanda kurung adalah cara atau
metode bagaimana data diperoleh.
No.
|
Variable Bebas :
Kualitas Guru
|
Variabel
Terikat :
Prestasi
Belajar Murid
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Sub – Variabel
Pendidikan guru (dokumen)
Pengalaman mengajar (dokumen)
Banyaknya penataran (dokumen)
Usia (dokumen)
Minat menjadi guru (kuesioner kepada guru)
Penguasaan terhadap materi
pelajaran (kuesioner murid)
Pendekatan/cara mengajar (observasi dan kuesioner murid)
Cara memilih alat dan cara menggunakannya (observasi dan kuesioner
murid)
Hubungan guru-murid (kuesioner murid)
Pribadi guru (wawancara, kuesioner berbagai pihak)
Keluarga guru (kuesioner atau wawancara)
Cara memberi PR atau pekerjaan rumah (kuesioner murid atau guru)
dan sebagainya.
|
Sub – Variabel
1. Nilai
harian (dokumen)
2. Nilai
ulangan umum (dokumen)
3. Nilai
tugas – tugas (dokumen)
4. Cara
menjawab pertanyaan dikelas (observasi)
5. Cara
menyusun laporan (dokumen)
6. Nilai
ketelitian catatan (dokumen )
Dapat pula dipertimbangkan.
7. Ketekunan,
keuletan (observasi)
8. Usaha
(observasi) dan sebagainya.
|
Menurut
Suharsimi Arikunto kegiatan penelitian memerlukan pengorbanan dari penelitian
berupa dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu, hasil penelitian harus memiliki
kemanfaatan yang besar agar imbang dengan pengorbanannya. Tentang variable
penelitian ada dua hal yang diperhatikan yaitu ; 1. Sifat variable, 2. Status
variable.
1. Sifat Variabel
Ditinjau dari
sifatnya, variable penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Variable statis, dan (2) Variabel dinamis
2.
Status
Variabel
Status variable
perlu melihat satu variable dalam
hubungannya dengan variable lain. Semua variable mempunyai status penting,
namun jika dibandingkan antara dua status dibawah ini, kita dapat menentukan
mana yang lebih bermakna dalam penelitian ;
a.
Kebiasaan hidup sehari – hari motivasi berprestasi
b.
Motivasi berprestasi etos kerja
c.
Etos kerja keberhasilan
kerja
Suharsimi
Arikunto mengatakan, variable dapat luas dan dapat pula sempit (tunggal).
Seorang peneliti dituntut untuk mampu menjabarkan variable penelitian karena
banyak dan sempitnya sub – variable akan
menentukan hipotesis, aspek dalam instrument, dan banyak ragam data yang
dikumpulkan, yang selanjutnya akan mencerminkan halus kasarnya atau luas sempitnya
kesimpulan.
Bab
XII : Menentukan Sumber Data. Dalam
bab ini Suharsimi (2010;171-189) Arikunto menjelaskan tentang pengertian sumber
data, populasi, sampel, dan penelitian kasus. Suharsimi mengatakan yang
dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan – pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.
Sehubungan
dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini, maka
dikenal 3 jenis penelitian :
1. Penelitian
populasi
2. Penelitian
sampel
3. Penelitian
kasus
Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau
studi sensus.
Dilihat
dari jumlahnya, maka populasi dapat :
Ø Jumlah
terhingga (terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu), seperti contoh nomor 1,
2, dan 3 diatas.
Ø Jumlah
tak terhingga (terdiri dari elemen yang sukar sekali dicari batasannya).
Mungkin senjata itu kini sudah jadi, sudah direproduksi oeh pabrik, tetapi
mungkin juga belum diproduksi oleh pabrik, atau bahkan sudah rusak dan
dimusnahkan.
Oleh
karena subjeknya meliputi semua yang terdapat didalam populasi, maka juga
disebut sensus.
Berlaku
untuk populasi
|
Disimpulkan
|
Populasi
|
Data
|
Dianalisis
|
Menurut
Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel.
Suharsimi
Arikunto mengatakan yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat
kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Ada beberapa
keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu :
1. Karena
subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka
kerepotannya tentu kurang.
2. Apabila
populasinya terlalu besar, maka dikwatirkan ada yang terlewati.
3. Dengan
penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti uang, waktu, dan
tenaga).
4. Adakalanya
dengan penelitian populasi berarti destruktif (merusak). Bayangkan kalau
meneliti keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat, maka
sambil meneliti, kita juga menghabiskannya.
5. Ada
bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data. Karena subjeknya banyak, petugas
pengumpul data menjadi lelah, sehingga pencatatanya bisa menjadi tidak teliti.
6. Ada
kalanya memang tidak dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Suharsimi
mengatakan pengambilan sampel harus dilakukan sedemikan rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) yang benar – benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel
harus representative.
Suharsimi
Arikunto mengatakan penelitian kasus adalah
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilyahnya, maka
penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi
ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
Suharsimi
Arikunto memaparkan sebuah contoh kasus dibawah ini yaitu:
Disuatu kelas terdapat
seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak
pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah. Tetapi prestasiya luar biasa
baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan kasus yag dijadikan subyek dalam
penelitian kasus. Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki, apa sebab
mempunyai tingkah laku demikian, apa latar belakangnya, bagaimana sejarahnya
dan seterusnya.
Untuk
memperjelas keterangan tentang penenelitian Populasi, penelitian Sampel dan
penelitian Kasus, brikut contohnya :
Suharsimi
memaparkan sebuah contoh penelitian Populasi yaitu:
Peneliti
bermaksud mengetahui penggunaan buku paket di SMP se Daerah Istimewa
Yogyakarta. Peneliti mengumpulkan data dari seluruh SMP yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta, baik SMP Negeri maupun Swasta. Kesimpulannya berlaku bagi
SMP seluruh wilayah propinsi tersebut.
Suharsimi
Arikunto memaparkan sebuah contoh penelitian Sampel dibawah ini yaitu :
Penelliti ingin
mengetahui penggunaan buku paket di SMP se daerah Istimewa Yogyakarta.
Berhubung keterbatasan tenaga, waktu, dan dana, maka peneliti mengumpulkan data
dari beberapa SMP disetiap kabupaten dan kotamadya, ada yang negeri, berstatus
disamakan, diakui dan terdaftar, dengan mempertimbangkan pula besar kecilnya
sekolah. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini berlaku bagi seluruh SMP
di Daerah IstimewaYogyakarta.
Suharsimi
memaparkan sebuah contoh penelitian Kasus dibawah ini yaitu:
Peneliti ingin
mengetahui penggunaan buku paket di salah satu SMP di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dengan bermacam – macam pertimbangan akhirnya peneliti menentukan
SMP XXX sebagai tempat penelitiannya. Setelah data terkumpul dan diolah maka
peneliti memperoleh kesimpulan mengenai bagaimana SMP XXX menggunakan buku
paket. Kesimpulan tersebut hanya berlaku bagi SMP XXX itu saja.
Suharsimi
Arikunto mengatakan yang dimaksud dengan
unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang dihitungkan sebagai
subjek penelitian.
Contoh
:
Dalam
penelitian pendidikan, seorang peneliti ingin mengetahui metode mengajar yang
banyak digunakan oleh guru – guru di SMA. Berdasarkan atas contoh penelitian
ini, maka yang dimaksud dengan objek penelitian atau variable penelitian adalah
metode mengajar (yang digunakan guru), yang dimaksud dengan subjek penelitian
adalah guru, dan sebagai sumber data peneliti adalah guru itu sendiri
(diwawancarai, diberi angket atau diamati waktu mengajar) serta kepala sekolah
yang sekiranya mengetahui tentang jenis metode mengajar yang digunakan oleh
guru.
Bab
XIII : Menentukan Dan menyusun instrumen.
Dalam bab ini, Suharsimi Arikunto
(2010;191-262) menjelaskan tentang metode dan instrumen, jenis-jenis metode atau instrumen pengumpulan data,
penentuanpengadaan instrumen, keampuhan instrumen, kekeliruan dalam menguji
instrumen,dan penyediaan tolak ukur. Suharsimi Arikunto mengatakan metode dan
instrumen, memberikan pengantar untuk menentukan dan menyusun instrumen yang
didalamnya akan membahas variabel dan kategorisasi, kita telah berlatih
mengidentifikasikan variabel serta nenjabarkannya menjadi sub–variabel,
mengarah ke variabel tunggal. Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam
mengumpulkan data, sedangkan instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam
pengumpulan data itu. Yang termasuk dalam metode pengumpulan data ialah, tes, angket, atau
kuesioner,observasi, wawancara, pedoman observasi, check-list. Penentuan metode
pengumpulan data ditentukan oleh variabel, sampel, lokasi, pelaksana,
biaya, dan waktu. Agar dalam meneliti
diperoleh kesimpulan yang benar, maka data harus benar. Untuk itu diperlukan
instrumen yang baik, yakni valid dan reliabel. Maka pengadaannya harus melalui
prosedur pelaksanaan, penulisan item, penyuntingan, uji coba, dan revisi.
Bab
XIV : Pengumpulan data. Dalam bab
ini, Suharsimi Arikunto (2010;264-275) akan membahas tentang arti pengumpulan
data, penggunaan tes, penggunaan kuesioner atau angket, penggunaan metode
interviu, penggunaan metode observasi, dan penggunaan metode dokumentasi. Suharsimi Arikunto menjelaskan pengumpulan
data dimana setiap manusia memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang ingin
dilihat, mendengar apa yang ingin didegarkan, dan melakukan apa yang menjadi
keinginannya.
Suharsimi
mengatakan anggapan dasar ini sering mengganggu peneliti sebagai manusia di
dalam mengadakan pengamatan namun mengamati bukanlah hanya melihat objek (Kerlinger) mengatakan bahwa
mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk
penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya,
mengukurnya, dan mencatat.
Suharsimi
Arikunto mengatakan metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk
mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis. Katanya mengamati bukanlah
sekedar menatap atau memperhatikan benda. Kejadian atau pengalaman lewat mata
namun menggunakan teknik interviu tes atau kuesioner, juga digolongkan sebagai
mengamati. Jadi mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti
dengan metode interviu, tes observasi, kuesioner, dan sebagainya. Dengan metode
apa pun, pengumpulan data haruslah dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data
yang sesuai dengan harapan.
Suharsimi
Arikunto mengatakan yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode
terwebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan
pengamat. Secara umum maka latihan mengadakan pengumpulan data baik kuesioner,
interviu, maupun observasi, dilaksanakan dua tahap. Tahap yang pertama,
memahami dan mempelajari instrumen dan memahami bagaimana cara menggunakannya.
yang kedua, latiahan atau praktik dengan mencoba melakukannya.
Bab
XV : Analisis Data. Dalam bab ini
Suharsimi Arikunto (2010;277-381) membahas tentang langkah-langkah dalam
analisis data, persiapan, tabulasi, data penelitian membandingkan antara dua
variabel, penelitian komparasi, penelitian korelasi, penelitian membandingkan
antara dua variabel, penelitian komparasi, dan penelitian korelasi. Suharsimi
mengatakan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, analisi data
penelitian deskriptif, adalah:
1. Persiapan : mengecek nama, isian, macam data.
2. Tabulasi : memberi skor, memberi kode, mengubah jenis
data, coding dlam coding form.
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan
a. Penelitian deskriptif: persentasi dan komparasi dengan
kinerja yang telah ditentukan.
b. Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi
sesuai dengan jenis data.
c. Penelitian eksperimen: diuji hasilnya dengan t-test.
Bab
XVI : Menarik Kesimpulan. Dalam bab
ini Suharsimi (2010;384-392) menjelaskan tentang pengertian, kesimpulan
penelitian non-statistik, kesimpulan penelitian statistik, dan penggunaan tabel
statistik. Suharsimi mengatakan dalam menarik kesimpulan penelitian harus
dibuat berdasarkan data yang diperoleh, dan harus sinkron dengan problematik
dan hipotesis.
Suharsimi
Arikuntoro mengatakan kesimpulan yang dibuat atau dari penelitian non-statistik
didasarkan atas kriteria atau standar yang telah ditentukan, sedangkan
kesimpulan yang diambil dari penelitian statistik adalah yang menggunakan
teknik statistik untuk menganalisis datanya, didasarkan atas harga kritik yang
tertera didalam tabel. Suharsini mengatakan untuk berkonsultasi dengan tabel
maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.
Besarnya taraf
signifikansi (t.s 5% atau t.s. 1%).
2.
Derajat kebebasan (
tergantung dari teknik analisis yang digunakan ).
3.
Perumusan satu arah
atau dua arah ( tergantung dari bagaimana merumuskan hipotesis ).
Bab
XVII : Menulis Laporan. Dalam bab ini
Suharsimi Arikunto (2010;394-400) membahas tentang aturan penulisan, kapan
menulis laporan, dan format laporan. Suharsimi Arikunto mengatakan membuat
laporan penelitian merupakan langkah terakhir dari serentetan kegiatan
penelitian. Laporan penelitian sangat penting artinya bagi kemajuan ilmu
pengetahuan karena orang menjadi tahu apa yang telah dilakukan orang lain.
Suharsimi
Arikunto mengatakan untuk dapat dipahami pembaca, maka menulis laporan harus
mengikuti aturan dan forat yang umum. Lebih baik lagi dan saat ini lazim dibuat
sebelum bab I disajikan abstrak atau ringkasan dari kerja penelitian.
C.
REVIEW
KRITIS
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai materi “PROSEDUR PENELITIAN”, yang
ditulis oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dapat diperoleh kesimpulan bahwa materi tersebut memberikan konsep penting mengenai suatu pendekatan praktik. Mulai dari kegiatan penelitian, alur dan ragam penelitian,
penelitian evaluatif, cara mengadakan penelitian, memilih masalah, studi
pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar, merumuskan
hipotesis, memilih pendekatan, menentukan variabel, menentukan sumber data,
menentukan dan menyusub instrumen, pengumpulan data, analisis data, menarik
kesimpulan dan menulis laporan.
Suharsimi
Arikunto mengatakan munculnya penelitian kualitatif dapat dikatakan hampir
bersamaan. Jenis penelitian ini dapat dikatakan “meledak” dan menjadi populer
ketika buku Lexy Moleong terbit tahun 1998. Suharsimi Arikunto mengatakan
setelah itu banyak sekali penelitian yang dilakukan oleh para peneliti yang
sebetulnya belum terlalu menguasai materi teori dan ciri-ciri penelitian
tersebut secara mendalam. Akibatnya, banyak penelitian yang disebut sebagai
penelitian kualitatif tetapi sebetulnya dapat dikatakan hanya deskriptif saja.
Menurut Moleong (2008 ; hal 8-12), ada sebelas karakteristik penelitian
kualitatif yang harus dipenuhi, yaitu : (1) latar ilmiah, (2) manusia sebagai
alat, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teori dari
dasar (grounded theory), (6)
deskriptif, (7) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (8) adanya batas
yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,
(10) desain yang bersifat sementara, (11) hasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama. Dari karakteristik yang cukup banyak tersebut, tidak banyak
orang yang memiliki kemampuan yang dipersyaratkan.
Suharsimi
Arikunto mengatakan, jika kita mengikuti tulisan Sugiyono (2010 ; 291),
judul-judul penelitian kualitatif yang disarankan antara lain: (1) model
perencanaan pendidikan di era otonomi daerah, (2) makna menjadi guru bagi
masyarakat, (3) model korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pengelolaan
pendidikan, (4) profil guru yang efektif mendidik anak, (5) makna gotong royong
membangun sekolah. Suharsimi Arikunto mengatakan penelitiannya akan sangat
sulit karena menangkap makna dari fenomena yang sifatnya naturalistik.
Dibandingkan dengan penelitian mahasiswa
sebagai berikut dalam sajian judul-judul kelompok kedua berikut. (1)
pengelolaan sarana pendidikan di SMKN 1 Surakarta, (2) implementasi jam belajar
masyarakat di kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta, (3) pengelolaan kegiatan
ekstra kurikuler Bahasa Daerah di SD sekecamatan X, (4) implementasi KTSP oleh
guru-guru di SMP Lombok Barat, (5) kualitas pembelajaran Seni Budaya di SMPN
Ungaran Jawa Tengah. Judul-judul penelitian kelompok kedua ini ruang lingkupnya
sempit dan sudah dapat diantisipasi kira-kira datanya seperti apa dan hasilnya
juga seperti apa.
Berangkat dari
berbagai kondisi-kondisi seperti yang dijelaskan di atas, maka penulis
mengambil posisi bahwa pemikiran Prof. Dr. Suharsimi Arikunto adalah sebagai
berikut. Yang pertama, penulis sangat sepakat bahwa apa yang dijelaskan oleh
Suharsimi dalam bukunya yaitu tentang “Prosedur Penelitian” sangat berpengaruh
besar dalam melakukan penelitian karena dalam pembahasannya sudah disertai
dengan contoh-contoh sehingga, mahasiswa atau calon peneliti dengan mudah
melakukan penelitian tersebut.
Yang
kedua, penulis dapat menilai isi buku yang di tulis oleh Suharsimi Arikunto,
bahwa penulisannya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu, sesuai dengan
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Sistematika penulisannya sudah terstruktur
dengan baik, sehingga setiap pokok bahasan jelas apa yang akan di bahas dan
dapat memudahkan pembaca untuk memahami materi yang di bahas.
Yang
ketiga, penulis menemukan keunggulan dalam buku legendarisnya Suharsimi
Arikunto yaitu : (1) Setiap pokok bahasan dan sub
bab-sub babnya tersusun dengan format yang baik, sehingga mudah untuk dipahami.
(2) Terdapat istilah asing yang disertai dengan artinya. Dengan adanya
istilah asing dapat membantu dan menambah kosakata pembaca tentang bahasa
inggris. Dan dengan ada arti dari istilah asing tersebut, memudahkan
pembaca untuk memahami artinya. Contoh : (1) Representative :
mewakili populasi, (2) Description reseach : penelitian
deskriptif. Definisi mengenai prosedur penelitian disajikan
dengan bahasa yang mudah untuk dipahami. Selain itu juga ada penjelasan mengenai
bagaimana prosedur itu diperoleh, fungsi
dan disertai dengan ilustrasi dan contohnya.
Yang keempat, penulis menemukan kekurangan dalam buku legendarisnya Suharsimi Arikunto. Dalam
penulisan buku ini terutama pada materi “Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan
Ilmiah” terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan buku lain yang
berjudul “Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan”
yaitu : (1) Tidak dijelaskannya mengenai pengertian dari suatu pengetahuan
secara detail. (2) Format penulisan yang terkadang membuat pembaca terkecoh karena
penjelasan dalam bentuk alinea bukan numerik.
Contoh :
Ilmu dan
“comon tense” berbeda tajam dalam beberapa hal. Perbedaan itu berkisar pada
kata “sistematik” dan “terkendali”. Perbedaan pertama, penggunaan pola. Kedua, tidak adanya pembahasan
singkat pada bagian yang dianggap penting. Ketiga, tidak dijelaskan bagaimana
keterkaitan antara Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah, dan Penelitian. Keempat, terdapat
sumber pustaka yang tidak terbaru atau last update seperti pada Ilmu
Pengetahuan dan Pikiran Sehat Whitehead (Kerlinger, 1998).
D. PENUTUP
Dari hasil review buku tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu fenomena dan gejala-gejalanya sedangkan pendekatan
ilmiah adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang
terjadi. Pendekatan ilmiah merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan dan
kerangka dasar dalam melakukan penelitian.
Metode ilmiah merupakan wujud dari pendekatan ilmiah. Metode ilmiah adalah
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penemuan-penemuan ilmiah. Hasil
penemuan ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah disebut ilmu.
E. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas presensi dapat menyarankan: Untuk
memperoleh pengetahuan dan melakukan penelitian memerlukan pendekatan ilmiah
untuk menjelaskannya dan mendapatkan jawaban atas fenomena tersebut. Dalam
melakukan penelitian perlu memperhatikan urutan kerja yang baik seperti yang
diungkapkan dalam pembahasan diatas. Dan yang terpenting adalah penelitian
sebagai suatu proses telaah reflektif, saling ketergantungan antara
bagian-bagiannya.
DAFTAR REFERENSI
Arikunto
Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian : Suatu
pendekatan praktik, yogyakarta : Rineka Cipta
Lexy
Moleong 1998. Penelitian kualitatif
Moleong
(2008 ; hal 8-12), karakteristik
penelitian kualitatif
Sugiyono
(2010 ; 291), judul-judul penelitian
kualitatif
(Kerlinger,
1998). Ilmu Pengetahuan dan Pikiran Sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar