PEMANFAATAN BUAH TENGKAWANG DI DESA SAHAN DUSUN MELAYANG


Desa sahan merupakan salah satu diantara 122 desa yang ada di kabupaten Bengkayang. Desa sahan dikenal dengan kayanya potensi wisata alam dan pertanian. Desa sahan merupakan mitra kerja kelompok tani tengkawang. Tengkawang merupakan tanaman yang bersifat endemik didunia, dari akar sampai daun bermanfaat untuk konservasi, makanan, kosmetik, obat-obatan. Tidak disangka tumbuhan ini pernah menjadi bagian peradaban pembangunan negara di Amerika, tengkawang kayunya digunakan untuk pembangunan Amerika, khusus Wilayah-wilayah Amrik yang dikuasai Kerajaan Belanda, buah diugunakan untuk butter, dan damar untuk penerangan dikala malam hari.

Sumber gambar: hutan adat pikul                                                                                                                                                                                                  sumber gambar: hasil olahan kelompok tani
 
Di Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, masyarakat berhasil mengolah buah tengkawang menjadi mentega padat. Tengkawang merupakan salah satu pohon yang menjadi khas masyarakat Kalimantan Barat. Buah tengkawang yang dikumpulkan masyarakat dari hutan adat di sekitar desa, dikeringkan dan disalai atau diasapi. Tengkawang kemudian digiling dan dipress menggunakan alat sehingga menjadi mentega. Mentega dari tengkawang ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti menggoreng hingga membuat kue. Rasanya bahkan diklaim lebih gurih dari pada mentega pada umumnya. Pengolahan tengkawang menjadi mentega meningkatkan nilai jualnya. Biasanya buah tengkawang hanya dijual Rp 2.000 – Rp 3.000 per kilogram. Setelah diolah menjadi mentega, harganya mencapai Rp 100.000 per kilogram. Kelompok tani yang terdiri dari 50 orang anggota ini berharap ada bantuan dari pemerintah sehingga pengolahan mentega tengkawang ini bisa terus berkembang.
Maria wanita berasal dari Australia yang aktif di kegiatan badan sertifikasi produk-produk free falm oil , bagian marketing dan pengembangan sengaja datang ke hutan adat pikul desa sahan dusun melayang untuk melihat pohon Tengkawang dan proses pembuatannya, bersama sahabatnya dr. Karmile dari Bilbao Spanyol aktif Yayasan IAR. Dia berencana akan membatu mengembangkan produk berbahan dasar tengkawang, dan memasarkan ke jaringanya di Internasional. Dan beberapa anak muda bisa mengikuti workshop di Australia mengembangkan produk. Cuman sayang kata dia, produk free berbahan non falm oil di larang beredar di Indonesia. Saya terkejut juga soalnya baru mendengar aturan itu. Search di google ternyata benar ada surat edaran pelarangan penjualan produk free falm oil di Indonesia. Sungguh mengejutkan aturan ini, produk lokal berbahan endemik lokal akan menjadi "penonton" di tanah sendiri terutama dari tanaman dari Afrika.
Negeri ini punya warisan pengetahuan dalam penyelematan Alam, cuman kadang-kadang kita malu belajar pada ilmu leluhur yang telah berhasil menyelamatkan hutan. Kawasan hutan adat pikul dengan luas hanya 100 hektar dan sudah diberi hak kelola oleh Negara. Perjuangan masyarakat berdarah-darah dari mulai rezim orba hingga beberapa tokoh masyarakat harus berhadapan dengan pihak "keamanan" karena dituduh merampas tanah perusahaan. Bahkan masyarakat sempat mengangkat"senjata" mengusir Perusahaan negara tetangga sekali lagi masyarakat harus berhadapan dengan pihak keamanan dalam negeri. Tapi tak bergeming, masyarakat berhasil mengusir Perusahaan negara tetangga.
LPS AIR merupakan organisasi sipil kemasyarakatan yang membantu warga Desa Sahan membuat turunan produk buah tengkawang. Kaum perempuan di desa itu diajarkan untuk membuat mentega, cokelat, es krim, dan roti. “Kami sangat menghargai perjuangan masyarakat Dusun Malayang untuk mempertahankan hutan adatnya. Hutan ini sudah jadi pusat penelitian tumbuhan shorea tingkat nasional, Universitas Tanjungpura, IPB, dan UGM,” kata Deman Huri Gustira, Direktur LPS AIR.
Rezim baru berganti masyarakat adat Bekati lara sudah mendapat SK pengakuan Negara tentang hak kelola hutan adat. Dan tidak perlu kuatir benturan dengan perusahaan,"aparat" dan tetangga yang menjadi komperador "perusahaan". "Hutan dijaga, rakyat sejahtera"
Berdikari jangan hanya kata-kata, mulailah dari sendiri, olah produk Sendiri, ini berbagai Produk diolah dari Satu Jenis Buah Hutan Khas Hutan Borneo, Buah Tengkawang. Produk ini didedikasikan untuk menyelamatkan Sumber-sumber air tanah Borneo Karena Pohon-pohon tengkawang banyak tumbuh di sekitar sumber air

SUMBER GAMBAR: LPS AIR bekerjasama dengan kelompok tani tengkawang

Jangan khawatir apabila listrik padam, jangan takut gelap-gelapan, hutan kita telah menyediakan berbagai alternatif energi. Salah satunya energi buah Tengkawang buah Eksotik Borneo ini pernah menerangi dataran China dan Erofa waktu listrik belum ditemukan.

Sumber gambar: LSM INTAN
Menggunakan Energi Buah Tengkawang Untuk Penerangan, Untuk Ibadah, Untuk Pengobatan, menunjukan kita telah berkontribusi menyelamatkan Pohon Tengkawang dan Hutan Tanah Borneo dari Kepunahan.
Untuk meningkatkan produktivitas salah satu buah eksotik Kalbar kami dari kelompok tani tengkawang bekerjasama dengan desa dan LSM  membuat lilin aromatik buah tengkawang. Oleh sebab itu, Cintailah produk dalam negeri." Kapan lagi kalau bukan kita siapa lagi. "Hutan di jaga ,Rakyat Sejahtera."

Pentingnya Bahasa Dalam Lingkup Akademisi Secara Global


Pentingnya Bahasa Dalam Lingkup Akademisi Secara Global

Peran bahasa Indonesia di sini memiliki pengertian tentang fungsi yang dijalankan oleh bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan negara. Jika dilihat dari fungsi yang sudah dijalankan,sampai saat ini peran bahasa Indonesia masih tetap menjalankan fungsinya sebagai bahasa pemersatu bangsa dan NKRI.
Berkaitan dengan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat ini, kita patut bersyukur bahwa peran bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan negara tidak mengalami hambatan dan persoalan yang sangat mendasar dan serius, yang sampai menimbulkan perpecahan antarsuku bangsa di Indonesia.
Hubungan antarsuku bangsa di Indonesia masih terjalin dengan baik dengan adanya bahasa Indonesia. Mereka juga menyadari adanya bahasa Indonesia, komunikasi dan jalinan hubungan antara suku yang satu dan yang lain tetap terjaga dengan baik.
Peran bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan negara memang berjalan dengan baik, namun kekhawatiran terhadap mulai terancamnya peran dan kedudukan bahasa Indonesia dan lunturnya sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhir-akhir ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang cukup serius. Hal penting yang perlu diperhatikan akhir-akhir ini berkaitan dengan hal di atas adalah penggunaan dan pengguna bahasa Indonesia, baik dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan. Para pengguna bahasa Indonesia yang perlu diperhatikan, yaitu para pejabat atau para pemimpin lembaga, pekerja seni, kaum muda dan mahasiswa, wartawan, guru dan dosen, dan pengusaha serta kelompok etnis tertentu.
Dilihat dari penggunaan bahasa yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa ketika pengguna bahasa sedang berbicara: pidato, menyajikan materi ajar, diskusi menyampaikan gagasan, berkomentar, mengumumkan, berdialog, dan sebagainya dan pada waktu menulis,seperti menulis berita, iklan, makalah,surat dan naskah resmi, dan sebagainya. Di samping itu, yang lebih penting untuk dibahas adalah sikap bahasa para pengguna bahasa Indonesia tersebut.
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman bahasa. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa yang berbeda. Namun apa yang sebenarnya menjadi pemersatu dari bahasa-bahasa yang beragam itu, Tentu saja bahasa Indonesia, bahasa persatuan Negara Indonesia seperti yang tertuang didalam teks sumpah pemuda. Mempelajari bahasa Indonesia sangatlah penting, terutama bagi warga negara Indonesia sendiri. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan pentingnya belajar bahasa Indonesia, antara lain: sebagai alat komunikasi dengan masyarakat Indonesia lain yang berbeda daerah dan bahasa, dan juga sebagai identitas bahwa masyarakat tersebut memiliki bahasa kesatuan yang dijunjung tinggi.
Masyarakat di  suatu daerah umumnya menggunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi. Misalnya masyarakat daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah menggunakan bahasa Jawa, masyarakat Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda, masyarakat daerah Kalbar dan sekitarnya menggunakan bahasa Dayak, melayu, dan masih banyak daerah lain yang juga menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang juga mengerti akan bahasa tersebut. Bayangkan apabila seorang dari daerah Sulawesi berbicara dengan orang Jawa menggunakan bahasa Sulawesi padahal kedua orang ini adalah satu kebangsaan, tentunya akan terjadi kesalahpahaman ataupun ketidak pahaman. Solusi terbaik adalah menggunakan bahasa Indonesia yang tentunya seluruh masyarakat Indonesia di berbagai daerah telah mengetahui dan paham. Itulah salah satu pentingnya belajar bahasa Indonesia.
Bahasa menunjukkan bangsa, artinya bahasa sebagai identitas bangsa itu sendiri. Bangsa Indonesia memiliki bahasa kesatuan yang dipakai oleh seluruh masyarakatnya untuk berinteraksi satu sama lain dan juga sebagai jembatan penghubung antar masyarakat yang memiliki bahasa yang berbeda.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan diplomasi budaya dan bahasa Indonesia dengan berbagai negara melalui Program Darmasiswa yang bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air.
Di Malang, Program Darmasiswa tersebar di delapan lembaga pendidikan tinggi, di antaranya IKIP Budi Utomo dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), serta Universitas Brawijaya (UB).
Dari kementerian  juga menawarkan beasiswa Darmasiswa kepada peserta yang berminat untuk melanjutkan pendidikan di Indonesia. Sementara itu, IKIP Budi Utomo setiap tahunnya mendapat jatah mahasiswa dari luar negeri untuk belajar di kampus IKIP Budi  Utomo Malang. Bahkan, saat ini sejumlah mahasiswa IKIP Budi Utomo juga sedangn melaksanakan magang mengajar di Thailand. IKIP Budi Utomo Malang sendiri Sebagai contoh nyata salah satu perguruan tinggi yang direkomendasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mahasiswa adalah generasi muda yang dapat membantu perkembangan bahasa Indonesia menuju bahasa internasional. Hal ini menjadikan bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah sarana bekerja sama. Pada awalnya  bahasa Indonesia dikembangkan di dalam negeri untuk digunakan sesama bangsa Indonesia, kemudian berlanjut untuk meningkatkan fungsi dasarnya guna menjadi sarana kerja sama dengan bangsa lain, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di negara lainnya seperti program darmasiswa yang dilaksanakan di kampus IKIP Budi Utomo Malang.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa Indonesia sebagai penghubung, pemersatu dan juga alat untuk mendefinisikan suatu objek yang disetujui oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk menyampaikan suatu tujuan tertentu.


JURNAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS 2015



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING
DENGAN GAME SMART CASE UNTUK MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR DAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS VIIIG
POKOK MATERI SISTEM EKSKRESI DI SMPN 13 MALANG


Lazarus
Pendidikan Biologi, FPIEK, IKIP Budi Utomo Malang
E-mail: lazarus_sihak@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dan ketuntasan belajar biologi untuk materi biologi melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teachingdengan game smart case.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang dengan materi pembelajaran sistem ekskresi.
Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas VIIIG SMP N 13 Malang yang berjumlah 31 siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, metode dokumentasi, angket, dan tes.Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif, kemudian dilakukan triangulasi untuk keabsahan data.
Proses pembelajaran dengan pendekatan ModelReciprocal TeachingDengan Game Smart Case yang dapat meningkatkan minat belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas VIIIG SMP N 13 Malang dilakukan dengan; (1) peneliti memodelkan pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching; (2) siswa merangkum materi yang ditugaskan oleh peneliti; (3) siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang ditugaskan peneliti dan jawabannya; (4) kelompok presentasi; (5) kelompok lain menanggapi; (6) setelah waktu untuk presentasi selesai, siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan materi yang telah dipelajari; (7) siswa mengerjakan soal tes secara mandiri untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi; (8) sebelum mengakhiri pembelajaran, peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menyampaikan kegiatan siswa pada pertemuan selanjutnya. Berdasarkan Hasil angket minat belajar siswa di siklus I menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang mengisi angket dan dianalisis nilainya adalah didapat Skor rerata gabungan 38,30/10 = 3,83nilai ini termasuk dalam kategori cukup baik karena 2,50 ≤3,31<3,50. Pada siklus II minat belajar siswa kelas VIIIG meningkat Skor rerata gabungan 38,30/10 = 3,83, dan menunjukan minat belajar siswa termasuk dalam kategori baik, karena 3,50≤3,83<4,50. Peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas VIIIG SMP N 13 Malang dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai pada tes siklus I dan tes siklus II berturut-turut 78,5 dan 86,2






KataKunci : Model PembelajaranReciprocal Teaching, Game Smart Case, MinatBelajar, KetuntasanBelajar.





PENDAHULUAN
Berdasarkan tujuan Kurikulum 2013 ( DalamPeraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 68 tahun  2013 Tentang Kerangka  dasar  dan  struktur  kurikulum Sekolah  menengah pertama/madrasah Tsanawiyah) menyatakan bahwa Kurikulum  2013  bertujuan  untuk  mempersiapkan  manusia  Indonesia agar  memiliki  kemampuan  hidup  sebagai  pribadi  dan  warga  negara yang  beriman,  produktif,  kreatif,  inovatif,  dan  afektif  serta  mampu berkontribusi  pada  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa,  bernegara, dan peradaban dunia.Seperti yang dijelaskan dalam jurnal(jurnal.upi.edu/file/06._Resti_Fauziah_165-178 pdf_.hal 166.Diakses tanggal 25 April 2015)menyatakan bahwaKurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientificappoach) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Permendikbud No.81A, 2013: 35). Kurikulum 2013 juga memberi alokasi waktu pada kegiatan pengembangan diri peserta didik yang berkarakter. Peserta didik tidak hanya mengenal teori, tetapi diajak untuk terlibat dalam sebuah proses pengalaman belajarnya dengan harapan menghasilkan individu yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidik hendaknya melakukan sistem pengajaran yang salah satunya adalah dengan menggunakan prinsip kurikulum 2013 yang telah ditetapkan.Adapun kurikulum yang dikembangkan pada saat ini adalah Kurikulum 2013.Kurikulum 2013 ini disempurnakan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengacu pada keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangunsoft skills dan hard skills(Rasional Kurikulum 2013, Badan pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan kebudayaan Dan penjaminan mutu pendidikan: 17).
Pendidikan di pulau jawa khususnya Jawa Timur tidak diragukan lagi kemajuan dan eksistensinya di kancah Nasional khususnya Malang. Malang merupakan salah satu kota yang menyandang gelar kota pendidikan selain Yogyakarta, sampai saat ini gelar itu masih tetap disandang kota Malang. Tetapi gelar yang disandangnya kurang memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat dan sekolah baik sekolah menengah tingkat SMP maupun tingkat SMA atau sederajatnya.Oleh karena itu masih banyak sekolah-sekolah di Malang ini yang masih menerapkan model ceramah pada saat menjelaskan materi.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaian dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannyadalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Trianto, 2007: 99-100).
Biologi merupakan salah satu bagian dari IPA yang mempelajari tentang makhluk hidup dan segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup.(Nuryani R. 2005:12) mengemukakan bahwa dalam studi Biologi sering dan banyak digunakan istilah-istilah yang pada umumnya berupa istilah latin. Banyaknya istilah latin tersebut menyebabkan kurangnya minat para siswa Sekolah menengah memasuki jurusan Biologi termasuk didalam program IPA dan menganggap bahwa Biologi merupakan pelajaran yang sulit dan tingkat pemahamannya masih rendah sehingga berakibat minat belajar dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh sebab itu, Guru Biologi harus merencanakan dan melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan untuk mengajarkan Biologi salah satunya menyiapkan model pembelajaran yang aktif dan inovatif.
Menurut mohlisin (2014) tentang “Penerapan Media Stelang Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia SMP Aisyiyah Muhammadiyah  3 Malang”, mengatakan Pembelajaran Biologi dengan penerapan model-model pembelajaran dapat memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif, mencamkan apa yang dipelajarainya lebih baik dan meningkatkan performance siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai terutama untuk memahami materi yang dipelajarinya. Dari model pembelajaran yang inovatif tersebut pesan atau bahan yang terkandung di dalam materi akan tersampaikan dengan baik, dengan istilah lain disebut perangkat lunak (sofytware) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar.
Dilapangan faktanya saat ini masih ada guru yang memilih jalan termudah yang hanya mengejar pencapaian hasil belajar dengan belum melaksanakan prinsip Kurikulum 2013 tersebut. Guru mengajarkan hanya yang ada di buku saja, dengan pelajaran semacam itu maka dapat mempengaruhi rendahnya minat siswa atas pelajaran IPA serta hasil belajar siswa.
Prinsip yang telah ditetapkan dalam Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi, hendaknya direalisasikan, karena Biologi merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains yang dasarnya biologi juga merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui karena biologi memberikan pengetahuan dan informasi mengenai seluk beluk makhluk hidup. Jika guru tetap tidak memedulikan akan prinsip Kurikulum 2013 tersebut, maka akan berdampak negatif bagi peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas maupun untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus memiliki kerangka pembelajaran secara konseptual agar peserta didik dapat belajar efektif dan efisien, mencapai pada tujuan yang diharapkan.
Trianto (2007: 1) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pengajaran ,salah satunya adalah model pembelajaran Reciprocal Teaching. Namun, tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dalam pengajaran, tentu semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan yang menyangkut materi yang akan disajikan.
Siswa sebagai subjek belajar harus berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dimulai dari peranannya dalam pembelajaran yang menimbulkan kemampuan berfikir  kritis dan lebih aktif. Keaktifan siswa merupakan suatu bentuk belajar mandiri untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga dalam hal ini guru  berperan  sebagai  pembimbing,  motivator dan menyediakan suasana atau kondisi belajar yang mendukung proses pembentukan pengetahuan pada diri siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA Biologi pada   tanggal 20 Oktober 2014.Peneliti Menemukan kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dikelas  yang  menunjukkan kurangnya keaktifan dan minat belajar siswa. Meskipun setiap kali pertemuan diadakan diskusi namun tidak semua siswa aktif dalam diskusi tersebut. Faktor yang menyebabkan  siswa  kurang  aktif  diantaranya;  siswa  kurang  memahami  bacaan  yang  ada dalam  buku,  siswa  malas  untuk  mengajukan pertanyaan, tidak ada perlakuan dalam pembelajaran yang berupa permainan atau game sehingga siswa kurang semangat dalam belajar, kurangnya kemandirian siswa dalam belajar yaitu, siswa lebih banyak mendengarkan informasi dari guru dan tidak berusaha mencari sendiri  informasi  yang  ada  didalam  buku  atau dengan kata lain siswa cenderung pasif.
Hasil   pengamatan   dari   data   nilai   yang diperoleh   pada   tanggal   18   desember   2014 menunujukkan rata-rata nilai UTS (Ujian Tengah Semester)  biologi  kelas  VIIIG  dari  32  siswa terdapat 15 siswa yang tuntas dengan persentase sebesar 46,87%. Sedangkan sisanya atau sekitar 53,13%  persentase  siswa  yang  mendapat  nilai dibawah  KKM  (Kriteria  Ketuntasan  Minimal) dengan ketentuan nilai 75. Sedangkan prosentase nilai ketuntasan klasikalnya adalah ≥ 85%, dengan demikian masih banyak siswa kelas VIIIG yang belum tuntas belajarnya.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara meningkatkan ketertiban siswa    dalam pembelajaran, agar kemampuan belajar mandiri siswa dapat ditingkatkan, sehingga pemahaman terhadap  IPA Biologi  akan  meningkat.  Peneliti   mencoba menerapkan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan disertai permainan games smart case. Pembelajaran ini merupakan salah satu pendekatan pembalajaran yang berpusat pada siswa.Menurut Palinscar dan Brown (1984), pengajaran dua arah (Reciprocal teaching) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melatihkan keterampilan metakognisi melalui empat strategi, yaitu: 1) menyusun pertanyaan-pertanyaan dari teks bacaan dan jawabannya, 2) membuat rangkuman (ringkasan) informasi-informasi penting dari teks bacaan, 3) membuat prediksi, dan 4) mengidentifikasi hal-hal yang kurang jelas dan memberikan klarifikasi (penjelasan), (Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 20113: 89).
Pembelajaran terbalik merupakan pembelajaran dengan  memilih  seorang  siswa agar berperan seperti guru untuk menjelaskan materi yang belum  disampaikan  guru  kepada  teman  siswa lain. Sehingga guru dapat memantau pemahaman bacaan yang dipelajari siswa.Dengan demikian siswa dapat belajar mandiri yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman, minat belajar mata pelajaran biologi dan mencapai ketuntasan belajar.
METODELOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dapat dilaksanakan guru sebagai alternatif pilihan untuk menemukan cara dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas proses pembelajaran disekolah.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini mempunyai empat langkah utama, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang saling berkaitan dalam satu siklus.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  SMP Negeri 13 Malang  yang  berlokasi  diJalan   Sunan Ampel II Kota Malang.   Pengambilan   datadilaksanakan pada tanggal 09 Maret sampai dengan tanggal 26 Maret 2015 dengan menyesuaikan jam pelajaran yang ditentukan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa/i kelas VIIIG di SMP Negeri 13 Malang dengan jumlah 31 siswa.13 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 18 siswa berjenis kelamin perempuan.
Prosedur Penelitian ( Model Siklus )
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus karena sudah cukup mewakili data yang diperlukan untuk mengukur tingkatan kognitif minat belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini masing-masing siklus melalui 4 tahap yaitu: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observation), dan 4 refleksi (reflection).

Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a)      Lembar Kerja Siswa (LKS)
b)      Tes formatif yang berbentuk pilihan ganda
c)      Lembar Observasi
d)     Angket Minat Siswa
e)      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
f)       Dokumentasi
Data dan Sumber Data
1.    Data
Data dalampenelitian ini meliputi (1) data proses belajar mencakup kemampuan-kemampuan mengerjakan lembar kerja peserta didik (2) data hasil belajar peserta didik (3) hasil pengamatan terhadap kegiatan peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran, apakah peserta didik aktif dan apakah guru memposisikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator dalam pembelajaran.
2.    Sumber data
penelitian tindakan kelas ini berasal dari guru kelas yang melaksanakan proses pembelajaran sebelumnya kepada siswa kelas Kelas VIII G SMPN 13 Malang berupa data aktivitas mengajar dan nilai – nilai yang kemudian data ini di gunakan untuk membantu proses penelitian serta untuk mengetahui apakah ada perubahan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case pada siswa  kelas VIII G SMPN 13 Malang. Data dalam penelitian ini bersumber dari proses belajar siswa dan kemampuan berpikir siswa selama pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Analisi data pada penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang dilakukan secara deskriptif yaitu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan secara alami menggunakan teknik statistic deskriptif dengan mengutamakan pengungkapan makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan minat belajardan ketuntasan belajar kognitif siswa melalui pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dan permainan games smart case.
1.    Data Hasil Observasi
Data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran Reciprocal teaching dan permainan games smart case secara deskriptif, kemudian hasilnya dibandingkan antara siklus I dan siklus II.
2.      Analisis Data Hasil Tes
Data  yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua, yaitu data tentang minat belajar dan ketuntasan belajar siswa kedua data diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
a.       Analisis Minat Belajar
Pada penelitian ini akan dicari skor keaktifan minat siswa. Perhitungan skor dan penilaian dihitung dengan cara berikut. Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam Angket.
Minat Siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1.      Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.
2.      Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = tidak setuju, dan 5 = sangat tidak setuju.
3.      Mengitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi, kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49 = tidak baik, 1,50-2,49 = kurang baik, 2,50-3,49 = cukup baik, 3,50-4,49 = baik, dan 4,50-5,00 = sangat baik.
4.      Jumlah skor gabungan (JS) dihitung dengan menjumlah skor-skor untuk masing-masing indikator.
5.    Skor akhir (SA) sesuai rumus berikut:
6.    Kriteria keberhasilan ditentukan sebagai berikut:
a)      Skor 1,00-1,49 = tidak baik,
b)      Skor 1,50-2,49 = kurang baik,
c)      Skor 2,50-3,49 = cukup baik,
d)     Skor 3,50-4,49 = baik, dan
e)      Skor 4,50-5,00 = sangat baik.
b.      Analisis Ketuntasan Belajar
Ada 2 kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. seorang siswa telah tuntas belajar secara individual apabila telah mencapai nilai ≥75 sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimal (SKM) dan siswa dapat dikatakan tuntas secara klasikal apabila dalam satu kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap atau ≥85% dari seluruh jumlah siswa di kelas tersebut sesuai dengan Standar ketuntasan minimal (SKM) yang digunakan pada setiap sekolah. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
Rumus yang digunakan(modivikasiTrianto,2010:240)
KB =
Keterangan:
KB         : Ketuntasan Belajar Klasikal
Ni          :Banyaknya Siswa yangmemperoleh nilai ≥ 75
N           : Banyaknya Siswa yang mengikuti Test
Data hasil angket tanggapan siswa
Data hasil tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Reciprocal teaching dan games smart case dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:
P =  X 100%
Keterangan:
P = persentase yang menjawab pilihan
F = banyaknya responden yang menjawab pilihan
N = jumlah responden

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Minat Belajar Siswa dalam penerapan model reciprocal teachingpada Siklus I
Minat belajar siswa dapat diketahui dengan memberikan angket minat kepada siswa di setiap akhir siklus.Angket minat ini terdiri dari 10 pernyataan, dimana pernyataan yang digunakan oleh peneliti untuk angket minat merupakan pernyataan positif yang harus siswa jawab.
Setelah diperoleh data pada siklus I, maka data tersebut dianalisis untuk dilihat bagaimana minat belajar siswa setelah belajar menggunakan model reciprocal teachingdengan Games Smart Case.
Dilihat dari nilai yang diperoleh dari perhitungan minat belajar siswa secarakeseluruhan satu kelas diatas maka pada siklus I minat belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik karena skor rerata gabungan 33,08/10 = 3,31.
pada siklus I minat belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik karena 2,50 ≤3,31<3,50merupakan kriteria minat yang cukup baik. Minat belajar siswa yang terhitung cukup baik tersebut karena siswa merasa senang dengan penggunaan model reciprocal teachingdengan Games Smart Case.
Analisis Data Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tes belajar biologi pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015. Untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case pada materi sistem ekskresi, dapat diketahui pada tabel dibawah ini:





NO
Pernyataan 
Pilihan
Jawaban 
Skor
Rerata 
Saya selalu mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran ini 
1 2 3 4 5 
112/31 =3, 61 
Saya memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran 
1 2 3 4 5 
114/31 = 3,67 
Pada pembelajaran ini saya diberikan hal-hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya
1 2 3 4 5 
116/ 31 = 3,74 
Saya telah mempelajari sesuatu yang menarik dan tidak terduga sebelumnya 
1 2 3 4 5 
103/31 = 3,32 
Dengan model reciprocal teachingdengan game smart case ini saya menjadi terdorong untuk dapat memahami materi
1 2 3 4 5 
101/31 = 3,25 
6  
Setelah belajar dengan menggunakan model reciprocal teachingdengan game smart case ini saya percaya akan dapat menyelesaikan latihan-latihan 
1 2 3 4 5 
91/31 = 2,93 
Tugas-tugas latihan dalam model reciprocal teachingdengan game smart case ini terlalu sulit 
1 2 3 4 5 
85/31=2,74 
Penyampaian materi dalam pembelajaran ini kurang menarik
1 2 3 4 5 
98/31 = 3,16 
Sedikitpun saya tidak dapat memahami materi pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teachingdengan game smart case ini 
1 2 3 4 5 
110/31 = 3,54 
10 
Saya tidakyakin dapat menyelesaikan evaluasi dengan berhasil 
1 2 3 4 5
97/31 = 3,12 






Hasil Tes SikluS I
Jumlah Skor Siswa
2382,3
Nilai Rata-rata
76,8
Persentase (%) yang tuntas
48,3%
Persentase (%) yang tidak tuntas
51,6%
Tabel 4.4. Data Hasil Belajar Biologi Siswa Siklus I

No
Rentang Nilai
Jumlah Siswa
(SIKLUS1)
1
≤ 64
8
2
65 – 74
7
3
75 – 86
6
4
86 – 100
10
Jumlah Seluruh Siswa
31
Nilai Siswa yang ≤ 75
16
Nilai Siswa yang ≥ 75
15
Tabel 4.5.Nilai ketuntasan Siklus I



Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil tes siklus I siswa melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case diberikan tes siklus I menunjukan jumlah skor siswa secara keseluruhan 2382,3 dengan nilai rata-rata 76,8. sedangkan persentase siswa yang tuntas hanya 51,6%. peserta didik yang tidak tuntas dengan persentase 48,3%. hal ini disebabkan karena siswa masih belum terbiasa menggunakan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case, dan masih ada sebagian siswa kurang bekerjasama dengan teman kelompoknya terutama dalam mengerjakan LKS.
Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat diketahui dari hasil belajar biologi peserta didik setelah dilakukan tindakan siklus I yaitu penerapan model Reciprocal teaching dengan games smart case dengan diberikan tes siklus I, hasil belajar biologi belum baik karena masih banyak peserta didik yang nilainya dibawah KKM yaitu 75, siswa yang dikatakan tuntas secara klasikal 48,3% sedangkan siswa yang tidak tuntas secara klasikal 51,6%. Maka dari itu perlu diadakan perbaikan dan dilanjutkan pada siklus II.
Pencapaian KKM Siklus I
Pada akhir tindakan siklus I siswa diberi tes siklus I, untuk mengetahui bagaimana pencapaian standar ketuntasan belajar siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
PENCAPAIAN KKM

Data Test Siklus I
Jumlah siswa yang tuntas
16
Jumlah siswa yang tidak tuntas
15
Nilai rata-rata
76,8
Persentase (%) yang tuntas
48,3%
Persentase (%) yang tidak tuntas
51,6%
Tabel 4.6 Analisa Pencapaian KKM Hasil belajar siklus I
Data tabel diatas merupakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Berdasarkan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan yaitu 75, setelah dilakukan tindakan siklus I yaitu penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan game smart case dari 31 siswa diberikan tes siklus I, peserta didik yang dikatakan tuntas secara individu ada 15 siswa dengan ketuntasan klasikal 48,3% dan rata-rata nilai 76,8 sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 16 siswa secara klasikal 51,6% karena belum mencapai persentase ≥ 75%.
Minat Belajar Siswa pada Siklus II
Minat siswa dapat dilihat dengan memberikan angket minat kepada siswa.Pemberian angket ini dilakukan oleh guru di akhir siklus II.Pemberian angket di siklus II dilakukan pada tanggal 26 Maret 2015 setelah siswa mengerjakan soal latihan dari guru.Angket minat ini terdiri dari 10 pernyataan, Setelah diperoleh data dari angket minat yang diisi oleh siswa pada siklus II, maka data tersebut dianalisis untuk dilihat bagaimana minat belajar siswa setelah belajar menggunakan model Reciprocal teachingdengan permainan games smart case. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini:



NO
Pernyataan
Pilihan
Jawaban
Skor
Rerata
Saya selalu mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran ini 
1 2 3 4 5 
129/31=4,16 
Saya memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran 
1 2 3 4 5 
124/31 = 4 
3
Pada pembelajaran ini saya diberikan hal-hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya 
1 2 3 4 5 
116/31 = 3,74 
Saya telah mempelajari sesuatu yang menarik dan tidak terduga sebelumnya 
1 2 3 4 5 
104/31 = 3,35 
Dengan model Reciprocal teaching dengan game smart case ini saya menjadi terdorong untuk dapat memahami materi
1 2 3 4 5 
126/31 = 4,06 
6  
Setelah belajar dengan menggunakan model Reciprocal teachingdengan game smart case ini saya percaya akan dapat menyelesaikan latihan-latihan 
1 2 3 4 5 
118/31 = 3,80 
Tugas-tugas latihan dalam model Reciprocal teaching dengan game smart case ini terlalu sulit 
1 2 3 4 5 
102/31 = 3,29
Penyampaian materi dalam pembelajaran ini kurang menarik 
1 2 3 4 5 
126/31 = 4,06 
Sedikitpun saya tidak dapat memahami materi pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal teaching dengan game smart case ini 
1 2 3 4 5 
128/31 = 4,12 
10 
Saya tidakyakin dapat meneyelesaikan evaluasi dengan berhasil
1 2 3 4 5 
116/31 = 3,74 
Tabel 4.7 Data Minat Belajar Siswa Siklus II



Berdasarkan tabel 4.7 didapat Skor  rerata gabungan 38,32/10 = 3,83. Berdasarkan hasil angket minat belajar siswa pada siklus I minat belajar siswatermasuk dalam kategori cukup baik

karena 2,50 ≤3,31<3,50. Sedangkan hasil angket pada siklus II menunjukan minat belajar siswa termasuk dalam kategori baik, karena 3,50≤3,83<4,50.
Pelaksanaan belajar Biologi pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015. Untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case.




Hasil Tes Siklus II
Jumlah Skor Siswa
2713
Nilai Rata-rata
90,7
Persentase (%) yang tuntas
83,8%
Persentase (%) yang tidak tuntas
16,2%
Tabel 4.8. Data Hasil Belajar Biologi Siswa Siklus II
No
Rentang Nilai
Jumlah Siswa
(SIKLUS II)
1
≤ 64
-
2
65 – 74
5
3
75 – 86
4
4
86 – 100
22
Jumlah Seluruh Siswa
31
Nilai Siswa yang ≤ 75
5
Nilai Siswa yang ≥ 75
26
Tabel 4.9Nilai ketuntasan Siklus II


Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil tes siklus II siswa melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case diberikan tes siklus II menunjukan jumlah skor siswa secara keseluruhan 2173 dengan nilai rata-rata 90,7 sedangkan persentase siswa yang tuntas hanya 83,8%. peserta didik yang tidak tuntas dengan persentase 16,2%. Hal ini hasil belajar siswa meningkat menggunakan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case dari siklus I dengan nilai rata-rata 76,8%. Pada siklus II ini dapat dikatakan terjadi peningkatan karena tidak terlepas dari aktivitas siswa dan peran guru dari hasil refleksi siklus I dan pada saat siklus II sudah banyak siswa yang hasil belajarnya diatas 75.
Peningkatan Hasil Belajar Siswa siklus I dan II
Setelah dilakukan tindakan siklus I dan II terhadap siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan games smart case pada materi sistem ekskresi menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I ke hasil belajar siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Tes Belajar siswa Siklus I dan Siklus II

Data Tes Siklus I
Data Tes Siklus II
Jumlah skor siswa
2382,3
2713
Nilai rata-rata
76,8
90,7
Persentase (%) yang tuntas
48,3%
83,8%
Persentase (%) yang Tidak Tuntas
51,6%
16,2%
Tabel 4.11 Perbandingan Peningkatan Hasil Tes siklus I dan II

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari tindakan siklus I dengan nilai rata-rata 76,8ke siklus II menjadi nilai rata-rata90,7. sedangkan persentase yang tuntas 48,3% pada tindakan siklus II menjadi 83,3%, persentase yang tidak tuntas 51,6% pada siklus II menjadi 16,2%. Maka hal ini menunjukan bahwa siswa yang mendapat nilai dibawah persentase ≥ 75% semakin sedikit, dan jumlah siswa yang mencapai kategori diatas persentase ≥ 75% semakin meningkat sehingga dapat dikatakan penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan game smart case pada materi sistem ekskresi berhasil.
Ketuntasan Belajar Individu
Suatu kelas dikatakan tuntas secara individual apabila seluruh siswa memperoleh nilai minimal 75 sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan oleh SMP Negeri 13 Malang. Hasil belajar peserta didik secara individual dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Ketuntasan Belajar Individual

Tes Siklus I
Tes Siklus II
Jumlah peserta didik secara keseluruhan
31
31
Jumlah siswa yang tuntas
16 (48,3%)
25 (83,8%)
Jumlah siswa yang tidak tuntas
15 (51,6%)
6 (16,2%)
Tabel 4.13 Ketuntasan Hasil Belajar Individual
Tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM setelah dilakukan penerapan model Reciprocal teaching dengan game smart case pada materi sistem ekskresi. Hasil belajar siswa pada tes siklus II mengalami peningkatan dari tes siklus I, terbukti dari ketuntasan hasil belajar pada siklus II secara individual 26 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang tidak tuntas. Jadi hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II dikatakan tuntas (70,9%). Sedangkan pada siklus I secara individu 16 siswa yang tuntas dan 15 siswa yang tidak tuntas. Jadi hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I belum tuntas (48,3%).
a)      Ketuntasan Belajar Klasikal
D.Ismalaranti, Dkk dalam (Unnes Physics Education Journal: 38) Ketuntasan  belajar  secara  klasikal  dikatakan tercapai  jika  terdapat  minimal  85%  siswa  yang  mencapai batas  tuntas  minimal  65%. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal berdasarkan data dari hasil tes siklus I dan siklus II selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Ketuntasan Belajar Klasikal


Tes Siklus I

Tes Siklus II
Ketuntasan
Klasikal
Jumlah seluruh siswa
31
31

Persentase (%) yang tuntas
48,3%
83,8%
85%
Persentase (%) yang tidak tuntas
51,6%
16,2%
85%
Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Klasikal

Tabel diatas merupakan ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal. Pada tes siklus I dengan persentase 48,8% yang tuntas. Jadi secara klasikal hasil belajar siklus I ini tidak tuntas/belum tuntas. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase 83,8% yang tuntas. Maka hasil belajar siswa secara klasikal dapat dikatakan tuntas karena sesuai dengan KKM. Kelas sudah dikatakan tuntas apabila jumlah peserta didik yang mendapat nilai 75 atau mencapai KKM 75% dari jumlah siswa seluruhnya.
Hasil Belajar Kelompok
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case dari siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara kelompok dan dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata LKPD kelompok antara siklus I dan II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik disamping ini.






Grafik 4.3  Peningkatan Hasil Belajar Kelompok Siswa Siklus I dan II
Berdasarkan grafik 4.3 diatas, hasil belajar kelompok siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Peningkatan ini terjai karena siswa sudah memahami penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching, siswa tidak lagi mengerjakan sendiri-sendiri dalam mengerjakan LKS kelompok, mereka sudah bisa bekerjasama dengan baik mengikuti prosedur pembelajaran Reciprocal teaching sehingga peneliti merasa puas dengan hasik kerja siswa yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II dan belajar kelompok siswa sudah mencapai KKM yang ditetapkan dari SMP Negeri 13 Malang.
Hasil Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa  ini adalah terdiri dari beberapa option jawaban yang sesuai dengan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang peneliti terapkan saat mengajar. Angket tanggapan siswa ini diberikan pada akhir siklus II dengan memberi tanda silang pada pilihan yang peneliti siapkan yaitu option “IYA atau TIDAK”.
Pembahasan
Minat Belajar Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dengan Games Smart Case.
Dalam proses belajar mengajar, siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk megikuti kegiatan belajar yang berlangsung. Karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya yang berlangsung.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, awal pelaksanaan penelitian adalah dilakukannya observasi terhadap minat belajar siswa. Sebagai acuan untuk mengetahui adanya peningkatan minat belajar siswa adalah dengan adanya angket minat belajar yang dibuat oleh peneliti yang diberikan kepada siswa setelah siklus berakhir.
Hasil angket minat belajar siswa di siklus I menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang mengisi angket dan dianalisis nilainya adalah didapat Skor rerata gabungan 38,30/10 = 3,83
Nilai ini termasuk dalam kategori cukup baik karena 2,50 ≤3,31<3,50. Namun dengan hasil siklus I, peneliti masih ingin melihat apakah hasil pada siklus II lebih baik/semakin meningkat. Pada saat selesai tes siklus II, peneliti terus memberikan angket minat belajar kepada siswasupaya bisa dibandingkan dengan siklus I dan ternyata pada siklus II minat belajar siswa kelas VIIIG meningkat Skor rerata gabungan 38,30/10 = 3,83, dan menunjukan minat belajar siswa termasuk dalam kategori baik, karena 3,50≤3,83<4,50.
Pencapaian Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan games smart case
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case pada materi sistem ekskresi pada manusia dari siklus I ke siklus II hasil ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang menunjukan bahwa hasil belajar siklus II siswa mengalami peningkatan dari siklus I.
Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa belum berhasil mencapai KKM yang diharapkan baik secara klasikal maupun individu. Hal ini bisa dilihat pada hasil belajar siswa yaitu siswa yang tuntas hanya 48,3% dengan ketuntasan individual hanya 16 siswa yang tuntas. Sedangkan yang tidak tuntas 51,6% secara individual ada 15 siswa yang tidak tuntas dengan rerata nilai 76,8. Secara klasikal ketuntasan belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.
Berdasarkan observasi hasil pembelajaran siklus I, dikarenakan proses pembelajaran dikelas menunjukan ada sedikit keributan ketika pembagian kelompok dan LKS sehingga sebagian siswa yang protes dan hal ini membuat waktu sedikit terbuang. Selain itu, siswa kelihatan kurang paham dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case sehingga peneliti menjelaskan dan mendemontrasikan secara berulang kali sampai siswa benar-benar paham.
Pada saat mengerjakan LKS dengan kelompok masing-masing, siswa belum sepenuhnya berdiskusi dengan anggota kelompoknya karena ada yang mengerjakan secara individu, ada yang tidak mengerjakan sama sekali, ada yang ngomong sendiri dan saat diskusi berlangsung siswa kurang begitu aktif dalihat dari sedikitnya siswa yang merespon pertanyaan dan mengajukan pertanyaan yang dijelaskan oleh Siswa-Guru (pembelajaran terbalik) ini dikarenakan siswa masih banyak yang bingung dengan model yang diterapkan. Diakhir siklus diadakan tes untuk mengukur sejauh mana daya tangkap siswa terhadap materi sistem ekskresi yang dijelaskan menggunakan model Reciprocal teaching dengan kombinasi games smart case.
Pada siklus II terjadi peningkatan hasil ketuntasan belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 13 Malang karena secara klasikal maupun individual hasilnya menunjukan yang tuntas mencapai 83,8% dengan ketuntasan individual mencapai 26 siswa. Sedangkan yang tidak tuntas sudah mulai sedikit turun menjadi 16,2% dengan ketuntasan individual sebanyak 5 siswa. Oleh karena itu, tahap siklus ke II ini peneliti nyatakan telah berhasil dan mencapai KKM yang diharapkan.
Keberhasilan ketuntasan belajar siswa di akhir siklus II ini dikarenakan peneliti dan pengamat/observer telah menerapkan perbaikan-perbaikan yang mana pada siklus I yang harus diperbaiki dari hasil refleksi tiap siklus.

Pencapaian KKM Siswa kelas VIIIG Melalui Penerapan model pembelajaran Reciprocal teachingdengan games smart case
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart casepada siklus I terhadap ketuntasan belajar siswa belum memenuhi KKM yang ditetapkan oleh sekolah baik secara klasikal maupun individual karena data yang diperoleh pada siklus I dengan jumlah 31 siswa hanya 48,3% siswa yang tuntas secara klasikal dengan ketuntasan individu ada 16 siswa sedangkan sisanya 15 tidak tuntas secara klasikal 51,6% dengan rata-rata 76,8.
Penerapan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case pada siklus I terhadap ketuntasan belajar siswa berhasil karena ketuntasan 75 hasil belajar secara klasikal tercapai apabila 85% dari keseluruhan peserta didik telah memperoleh nilai minimum 75 kala kelas dikatakan tuntas.
Pada siklus II menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching dengan permainan games smart case mengalami peningkatan karena siswa pada siklus I yang tidak mencapai KKM pada siklus II sudah banyak peningkatan dengan hasil yang memuaskan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik disamping ini.
Berdasarkan grafik diatas, pencapaian KKM siswa pada tindakan siklus II mengalami peningkatakan dibandingkan pada siklus I. Peningkatan ini terjadi karena siswa telah memahami model pembelajaran Reciprocal teaching dengan kombinasi games smart case sehingga siswa yang mendapat nilai ≥75% semakin sedikit yaitu 5 siswa sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas persentase ≥75% semakin meningkat yaitu 26 siswa.


Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model pembelajaran Reciprocal teaching dengan game smart case
Berdasarkan angket tanggapan siswa yang didapatkan pada siklus II yaitu pada aspek ke-1 Apakah model model Reciprocal teaching dengan games smart casemenyenangkan Anda?”, aspek ke-2 “Apakah penggunaan model Reciprocal teaching dengan games smart case membantu Anda memahami pelajaran?”, aspek ke-3 “Apakah waktu yang tersedia untuk menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart casecukup memadai?”, aspek ke-4 “Dalam pembelajaran menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart case, Anda menemukan kesulitan?”, aspek ke-5 “Menurut pendapat Anda, apakah setiap materi pelajaran perlu menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart case?”, aspek ke-6 “Apakah pembelajaran menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart caseini menarik?”, aspek ke-7 “Apakah materi yang dijelaskan menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart case dan penjelasan materi dari guru cukup  lengkap?”, aspek ke-8 “Menurut penilaian Anda, apa yang kurang dari pembelajaran ini?”, aspek ke-9 “Bagaimanakah  pendapat anda mengenai penjelasan guru tentang materi sistem eksresi dengan menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart case?”, aspek ke-10 “Apakah untuk memahami materi pelajaran yang konsepnya abstrak perlu bimbingan dari guru dan menggunakan media pembelajaran?”.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan  hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biologi menggunakan model Reciprocal teaching dengan games smart case dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a.       Guru Memodelkan Strategi Reciprocal teaching
Pada pertemuan pertama guru menjelaskan materi tentang pengertian sistem ekskresi, sekresi, defekasi serta organ dari sistem ekskresi manusia, memberikan contoh pertanyaan dalam penerapan model Reciprocal teachingserta jawabannya.Kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi tanggapan.Hal ini dimaksudkan sebagai contoh atau model bagi siswa dalam menjelaskan konsep atau mengkomunikasikan ide.Pada pertemuan selanjutnya guru tidak memodelkan strategi Reciprocal teaching. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan scaffolding.
b.    Merangkum
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru tentang sistem ekskresi, peneliti membagikan LKS dan siswa diminta membuat rangkuman materi tentang materi tersebut.Buku acuan yang digunakan adalah buku paket dan referensi-referensi lain berisi materi yang berkaitan dengan materi yang ditugaskan. Kegiatan merangkum dilakukan secara kelompok dimana setiap anggota kelompok beranggotakan limasampai enam siswa yang dipilih secara acak.
c.       Membuat Pertanyaan Beserta Jawabannya
Siswa membuat pertanyaan dan jawabannya yang berkaitan dengan materi yang dirangkum.Membuat pertanyaan dan jawabannya dimaksudkan untuk melatih siswa mengevaluasi belajar sendiri dan bertanggungjawab atas kebenaran pertanyaan dan jawabannya soal yang mereka susun.
d.      Presentasi
Siswa mempresentasikan tugas mereka di depan kelas. Hal ini akan melatih siswa lebih percaya diri, tanggung jawab, dan meningkatkan evaluasi belajar siswa. 
e.       Tanggapan Kelompok Lain
Pada tahapan ini kelompok lain menanggapi presentasi temannya, yaitu dengan bertanya jika ada yang belum jelas atau menyampakan pendapatnya.  Dengan menanggapi kelompok yang sedang presentasi, siswa dilatih untuk lebih percaya diri, meningkatkan inisiatif, dan menunjukkan sifat keaslian siswa.
Peningkatan minat belajar siswa kelas VIIIG SMP N 13 Malang dapat dilihat dari deskripsi hasil observasi dan terbukti  bahwa pada siklus II telah mengalami peningkatan pada aspek-aspek minat belajar biologi siswa kelas VIIIG dibandingkan pada siklus I. Sedangkan berdasar hasil analisis minat belajar siswa terhadap model Reciprocal teaching dengan games smart case pembelajaran biologi, Dilihat dari nilai yang diperoleh dari perhitungan minat belajar siswa secarakeseluruhan satu kelas diatas maka pada siklus I minat belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik karena skor rerata gabungan 33,08/10 = 3,31.
pada siklus I minat belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik karena 2,50 ≤3,31<3,50merupakan kriteria minat yang cukup baik. Minat belajar siswa yang terhitung cukup baik tersebut karena siswa merasa senang dengan penggunaan model Reciprocal teachingdengan Permainan Games Smart Case, sedangkan hasil angket pada siklus II menunjukan minat belajar siswa termasuk dalam kategori baik, karena 3,50≤3,83<4,50.
Dengan adanya peningkatan minat belajar siswa ini maka, terlihat bahwa proses pembelajaran di siklus II ini mampu membuat siswa menjadi lebih termotivasi lagi dalam belajarnya.
Pelaksanaan pembelajaran biologi menggunakan model Reciprocalteaching dengan games smart case dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIGSMP Negeri 13 Malang. Berdasarkan analisis hasil tes siklus I dan tes siklus II, rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa pada tes siklus I. Rata-rata hasil tes siswa pada siklus I adalah 78,5sedangkan pada siklus II adalah 86,2 sehingga meningkat.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1.         Bagi Pihak Guru
a.       Guru lebih komunikatif dengan siswa, sehingga siswa tidak malu dan takut lagi untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dan lebih berani menyampaikan pendapatnya.
b.      Penggunaan metode pembelajaran dengan model Reciprocalteaching dengan games smart case sebagai alternatif dalam pembelajaran biologi sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan.
2.      Bagi Pihak Calon Peneliti
Pengelolaan waktu dalam model Reciprocal teachingdengan games smart case harus diolah sebaik mungkin agar semua tahapan dalam pembelajaran tercapai sesuai skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dengan mendiskusikannya dengan guru agar tercapai hasil yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aswan Zain, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonim.http://strategi pembelajaran.pusku.com/2015/03/model-pembelajaran-berbalik-reciprocal-learning/. Diakses 29 Apil 2015.

Anonim. 2009. Proposal reciprocal teaching.(http://pendidikan matematika. files.wordpress.com/2009/03/proposal_reciprocal_teaching_.doc.) Diakses pada tanggal 16 Maret 2015.

Anonim.http://en. wikipedia. org/wiki/Reciprocal_teaching.Diakses tanggal 8 April 2015.



Hamzah B. Uno.2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Gorontalo: Bumi Aksara.     

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, Haji. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Marthawuri. 2012. Proposal Skripsi. (http://marthawuri. wordpress. com/2012/01/13/proposal-skripsi/). Diakses pada tanggal 15 Maret 2015.

Mathunnes, Diana. Artikel Ilmiah (efektifitas reciprocal theaching) (http://www. academia.edu/5461369/Artikel_Ilmiah_efektifitas_reciprocal_theaching_?lo n=&email_was_taken=true). Diakses pada tanggal 17 Maret 2015.

Muslimin Ibrahim. Reciprocal Teaching Sebagai Strategi.http: //kpicenter .org/index.php ?option= comcontent &task= view&id=36&itemid=41. Diakses tanggal 8 Maret 2015.

Mohlisin. 2014. Penerapan Media Stelang Dalam  Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Viiib Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Smp Aisyiyah Muhammadiyah 3 Malang. Skripsi IKIP Budi Utomo Malang.

(online). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 68 tahun  2013 Tentang Kerangka  dasar  dan  struktur  kurikulum Sekolah  menengah  pertama/madrasah Tsanawiyah. Pdf.

(online).  Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor  81A  tahun 2013 Tentang Implementasi kurikulum Dengan rahmat tuhan yang maha esa Menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia, Pdf.

(Online), Halim R. Selamet, (2013), Minat Siswi SMA Dr. Soetomo Surabaya Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal, Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya.Pdf.Sukmadinata. 2005. Metode penelitian pendidikan. Bandung: UPI.

(Online), Efendi Nur, (2013) Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2013, pdf.

(Online), D.Ismalaranti, Dkk, (2014).Efektivitas Pembelajaran Fisika Melalui Media Animasi dan LKS Mandiri Pada Siswa SMA.Unnes Physics Education Journal.Pdf.

Paul Suparno. 2008. Riset Tindakan untuk pendidikan. Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia.

Soetriono dan SRDm Rita Hanafe.2007.Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Saifuddin azwar. 1997. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Paulina Panen. (2000). Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching).www .file://localhost /Literacy%20-%20 Reciprocal %20 Teaching.htm. Diakses tanggal 9 Maret 2015.

W.R Nurlin. 2014. Penerapan metode pembelajaran timbal balik (reciprocal learning) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa pada materi sistem gerak pada manusia kelas VIII-H SMPN 16 Malang. Skripsi ikip budi utomo malang.

Zainal Mustafa EQ. 2003. Mengurai Variabel Hingga Instrumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.




PEMANFAATAN BUAH TENGKAWANG DI DESA SAHAN DUSUN MELAYANG

Desa sahan merupakan salah satu diantara 122 desa yang ada di kabupaten Bengkayang. Desa sahan dikenal dengan kayanya potensi wisata al...